LAPAN: Kita Bisa dan Harus Bisa!
LAPAN: Kita Bisa dan Harus Bisa!
Info Astronomy — Menyongsong setengah abad kedirgantaraan nasional, Badan Antariksa Nasional Indonesia (LAPAN) berupaya mewujudkan penguasaan bangsa Indonesia dalam inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi kedirgantaraan. Buktinya, tak lama lagi Lapan A2, satelit yang pembuatan, perakitan, hingga pengujiannya dilakukan oleh anak-anak bangsa di LAPAN, akan segera diluncurkan.
"Kini, LAPAN sedang berkoordinasi dengan Indian Space Research Organisation (ISRO) terkait roket peluncurnya. Satelit sudah dikirim ke Sriharikota, India. Lalu, satelit tersebut Kepala LAPAN menjelaskan mengenai Ekspedisi Morotai saat Seminar Nasional Kedirgantaraan dan Sosialisasi RUU Keantariksaan akan diluncurkan pada Juni 2013," papar Kepala LAPAN Bambang S. Tejasukmana saat membuka Seminar Nasional Kedirgantaraan dan Sosialisasi RUU Keantariksaan bertema Menyongsong 50 Tahun Kedirgantaraan Nasional: Kita Bisa dan Harus Bisa!, Selasa (27/11) Seminar yang berlangsung di Auditorium Gedung Graha Widya Bhakti Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang Selatan ini dihadiri oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi Prof. Dr. Gusti Muhammad Hatta. Dalam sambutannya, Gusti menyebutkan bahwa seminar ini merupakan forum yang sangat strategis, tidak hanya bagi para penggiat ilmu pengetahuan dan teknologi dirgantara, sains antariksa dan atmosfer maupun penginderaan jauh saja.
"Secara nasional, seminar ini mempunyai arti yang sangat strategis bagi para penentu kebijakan, akademisi di lembaga litbang dan universitas, lembaga legislatif, industri pemerintah dan swasta serta asosiasi-asosiasi yang terkait dengan dunia dirgantara dan antariksa maupun lingkungan untuk bersama dalam merumuskan pola kerjasama yang sinergis," ia menjelaskan.
Gusti menekankan bahwa seminar ini hendaknya dijadikan sebagai ruang saling berbagi dan diskusi ilmiah untuk menyelesaikan banyak persoalan bangsa di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi kedirgantaraan.
Ekspedisi Morotai
LAPAN tengah berupaya untuk mewujudkan inovasi nasional dalam pengendalian wahana terbang kecepatan tinggi hingga 1 mach. Namun untuk mencapai ‘lompatan’ inovasi tersebut, LAPAN memulai dengan wahana terbang kecepatan rendah dengan menciptakan Unmanned Aerial Vehicle (UAV). "Salah satunya telah sukses dilakukan uji terbang UAV di kawasan Bintaro dan pemotretan Gunung Merapi menggunakan UAV," Bambang Menjelaskan.
Selain UAV, LAPAN juga berhasil mengembangkan wahana terbang LSU-02G2 LAPAN. Pesawat ini dapat mengudara secara autonomous dan mampu menempuh jarak sekitar 26 kilometer dengan kecepatan terbang mencapai 90 km/jam. Beberapa keberhasilan lain yang dicapai LAPAN pada 2012 ini ialah program Light Surveillance Aircraft (LSA) dan S-15 Stemme hasil kerjasama dengan TU Berlin, Jerman, persiapan satelit LAPAN A-2 untuk diluncurkan serta inovasi LAPAN A-3 pada 2014 dan LAPAN A-4 pada 2017, pengembangan roket konversi dan Roket Sonda RX-550.
Tidak hanya itu, di bidang penginderaan jauh LAPAN sedang melaksanakan pengembangan Bank Data Penginderaan Jauh Nasional (BDPJN) yang merupakan implementasi dari Inpres No.6 Tahun 2012. Kemudian sebagai lembaga penelitian dan pengembangan, LAPAN juga menjawab pertanyaan masyarakat luas terkait fenomena dirgantara dan antariksa, diantaranya meluruskan pemahaman tentang kiamat 2012 dengan penjelasan ilmiah mengenai siklus matahari, serta meluruskan pemahaman masyarakat tentang crop circle yang merupakan bagian dari pseudoscience.
"Yang tak kalah penting ialah pada tahun 2012 ini yaitu Rancangan Undang-undang (RUU) Keantariksaan. Saat ini, prosesnya yaitu menunggu DPR menyiapkan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM)," ia menambahkan.
Seluruh capaian dan keberhasilan yang didapat selama 2012 menjadi pemicu semangat dalam mengembangkan inovasi kedirgantaraan. Untuk itu, pada hari jadi ke-49 tahun, LAPAN mendeklarasikan Ekspedisi Morotai. Ekspedisi ini didasari atas kebutuhan Indonesia dalam mewujudkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi kedirgantaraan.
LAPAN mempunyai keinginan untuk membangun bandar antariksa di Pulau Morotai, Maluku Utara. Kepala LAPAN menjelaskan, kebutuhan akan bandar antariksa professional berguna untuk meluncurkan satelit dengan menggunakan Roket Pengorbit Satelit (RPS) dari Indonesia. Nantinya, bandar antariksa juga berfungsi sebagai lokasi uji terbang pesawat udara nir-awak (UAV) ciptaan LAPAN.
Keberhasilan LAPAN tak lepas dari dukungan seluruh masyarakat Indonesia. Untuk itu, Menristek mengajak berbagai unsur dan sektor untuk merapatkan barisan dan semakin fokus dalam menentukan peningkatan kapasitas iptek. "Harapannya, di masa depan produk ilmu pengetahuan dan teknologi dalam negeri dapat menjadi andalan dalam mendukung suksesnya pembangunan kesejahteraan nasional," tutupnya.