Akses artikel Premium dengan menjadi member BelajarAstro KLUB, daftar di sini!

Saran pencarian

Teori Konspirasi Pendaratan Manusia di Bulan

Teori konspirasi pendaratan Bulan atau sering disebut teori hoax Bulan merupakan sebuah teori yang menyatakan bahwa manusia tidak pernah mendarat di Bulan. NASA dengan cerdik membuat foto dan rekaman pendaratan di Bulan di sebuah studio di Nevada. Tapi benarkah NASA berbohong?
Pendaratan manusia di Bulan, Apollo 11. Kredit: NASA
Info Astronomy — Teori konspirasi pendaratan Bulan atau sering disebut teori hoax Bulan merupakan sebuah teori yang menyatakan bahwa manusia tidak pernah mendarat di Bulan. NASA dengan cerdik membuat foto dan rekaman pendaratan di Bulan di sebuah studio di Nevada. Tapi benarkah NASA berbohong?

Asal Mula
Pada tahun 1974, seseorang bernama Bill Kaysing menerbitkan sebuah buku berjudul We Never Went to the Moon: America's Thirty Billion Dollar Swindle. Isinya mengatakan bahwa Amerika telah memalsukan pendaratan di bulan. Hasil investigasinya didasarkan pada kejanggalan yang ada pada rekaman dan foto-foto yang dirilis oleh NASA.

Sejak itu, teori konspirasi pendaratan Bulan lahir. Beberapa buku ditulis setelah buku Kaysing, mengusulkan ide yang sama. Setelah itu buku-buku atau situs yang membela pendaratan di Bulan juga bermunculan. Namun, pembelaan itu tidak pernah dibahas sebanyak teori konspirasinya. Sebagai renungan mengapa dengan perkembangan teknologi yang semakin maju tidak ada misi lanjutan ke Bulan atau misi ke luar angkasa lainnya. 

Radiasi sabuk Van Allen
Konon untuk mencapai Bulan, para astronot harus melintasi sabuk radiasi Van Allen yang hampir tidak mungkin dilakukan. Sabuk itu terdiri dari partikel dan radiasi kosmik yang tertangkap oleh medan magnetik Bumi.

Menurut para pendukung teori konspirasi, tidak akan mungkin melintasi sabuk radiasi itu. Namun data ilmiah menunjukkan lain. NASA telah memperhitungkan semuanya sebelum menerbangkan manusia ke Bulan. Mereka menginvestasikan waktu dan uang yang tidak sedikit untuk meneliti risiko ini.

Akhirnya mereka menyimpulkan bahwa radiasi itu hanya membawa risiko minimal. Butuh waktu sekitar satu jam bagi Apollo untuk melewati sabuk radiasi itu. Total dosis radiasi yang diterima para astronot akibat radiasi itu ternyata hanya 1 rem. Seseorang dapat mengalami sakit apabila mendapat dosis 100-200 rem dan kematian pada dosis di atas 300 rem.

Lagipula sabuk itu terbentang di 40 derajat Latitude dan 20 derajat di atas dan dibawah equator magnetik. Sedangkan Wahana yang membawa Apollo hanya bergerak pada posisi 30 derajat. Jadi para astronot hanya terekspose dengan radiasi minimal.

Bintang-bintang di Angkasa
Pada foto-foto pendaratan di bulan, tidak terlihat adanya bintang-bintang di langit yang menunjukkan bahwa foto tersebut palsu.

Ini dikarenakan para astronot tidak ke Bulan untuk mengambil foto bintang-bintang. Karena itu kamera disetel dengan eksposur yang pendek untuk menghindari gambar-gambar yang over ekspose. Permukaan Bulan yang terang juga mengharuskan kamera disetel seperti itu. Dengan setelan seperti itu, bintang-bintang tidak akan dapat tertangkap kamera dan permukaan bulan akan tertangkap dengan jelas.

Seperti foto astronot di bawah ini, tidak ada bintang-bintang di langit padahal berada di luar angkasa (dan tidak berada di Bulan). Ini karena pengaturan kamera sedemikian rupa agar gambar tidak teralu terang.


Astronot spacewalk di luar angkasa. Kredit: NASA, Getty Images
Bayangan yang mengarah ke arah yang berbeda-beda
Pada beberapa foto pendaratan di Bulan menunjukkan arah bayangan yang tidak seragam. Ini menunjukkan adanya lebih dari satu sumber pencahayaan seperti di sebuah studio. Sebab, Matahari adalah satu-satunya sumber cahaya di Bulan. Seperti beberapa foto yang menunjukkan bayangan batu dan wahana Lunar Lander mengarah ke arah yang berbeda.

Hal ini dikarenakan bahwa permukaan Bulan dipenuhi oleh kawah, batu-batuan dan gundukan-gundukan, bukan permukaan yang rata. Karena itu cahaya yang menyentuh permukaan yang tidak rata itu akan terlihat membelok ke segala arah, tergantung kondisi permukaannya.

Jika permukaannya naik, maka bayangan akan terlihat lebih pendek, jika permukaannya menurun, maka bayangannya akan memanjang. Jika kita memotretnya dari arah atas, tegak lurus, maka bayangannya akan terlihat mengarah ke arah yang sama. Namun karena foto diambil bukan dari atas, maka bayangannya akan terlihat menuju ke arah yang berbeda-beda.

Jikalau NASA memalsukannya dengan membuat rekaman di studio yang memiliki lebih dari satu sumber cahaya (lampu studio), maka bayangan satu objek akan muncul lebih dari satu.

Jejak kaki Edwin Aldrin
Edwin Aldrin meninggalkan jejak kaki yang begitu sempurna seakan-akan permukaan Bulan memiliki debu tanah yang bercampur air. Apabila permukaan Bulan kering, bagaimana mungkin jejak itu terbentuk begitu sempurna? Apalagi gravitasi Bulan hanya 1/6 bumi. Bahkan manusia seberat 200 kg pun tidak akan dapat meninggalkan jejak seperti itu.


Jejak kaki Edwin Aldrin di Bulan. Kredit: Wikimedia Commons
Debu Bulan terdiri dari partikel-partikel yang terbentuk dari tabrakan-tabrakan dengan asteroid dan mikrometeorit. Setiap partikel membentuk debu yang memiliki permukaan kasar dan bergerigi. Ini menyebabkan jejak kaki dapat terbentuk dengan baik tanpa air.

Lagi pula, sebagian besar permukaan Bulan terdiri dari silika, materi unik yang dapat lengket satu sama lain dan membentuk rantai molekuler panjang. Di Bumi, jejak seperti itu tidak dapat tercipta karena ada proses oksidasi, di mana oksigen akan segera mengisi serpihan rantai molekuler, namun di Bulan, tidak ada oksigen sehingga jejak kaki yang sempurna dapat tercipta.

Mengenai berat dan gravitasi, memang berat di Bulan akan menjadi 1/6 berat di Bumi. Tapi kita tahu bahwa massa selalu sama di mana pun di seluruh jagad (Rumus Newton, weight = mass x gravity). Inilah yang menyebabkan Aldrin dapat membuat jejak seperti itu.

Bendera yang berkibar
Fakta menunjukkan bahwa tidak ada angin di Bulan. Namun pada sebuah foto, benderanya dapat berkibar. Mengapa bisa? Apakah NASA tidak sengaja menyalakan blower?

Sebetulnya itu adalah cara NASA agar dapat terlihat sebuah bendera berkibar dari sebuah foto. Mereka menginginkan sebuah foto yang heroik dengan bendera Amerika yang terlihat dengan jelas, jadi mereka memasang sebuah pipa horizontal kecil di atas tiang. Hal ini menyebabkan tiang bendera tersebut berbentuk huruf L terbalik. Bendera itu tertahan oleh pipa horizontal dan kerutan pada bendera menciptakan efek berkibar.


Bendera di Bulan yang sama sekali tidak berkibar. Kredit: Wikimedia Commons
Lagi pula, bendera tidak berkibar. Dan anggapan tidak ada angin di sana sangat tepat. Terlihat dari gabungan dua foto di atas, astronot bergerak (berubah posisi) tapi lekukan bendera tidak berubah sama sekali. Tidak ada angin yang menggerakan bendera tersebut. Bendera seolah berkibar, sekali lagi, karena ada tiang tambahan di atas bendera.

Kawah yang diakibatkan oleh Wahana NASA
Lunar Lander dapat mengeluarkan tenaga hingga 10.000 pound pada saat pendaratan dan keberangkatan. Namun, tidak ada kawah yang tercipta di Bulan. Padahal tenaga sebesar itu akan cukup untuk membuat sebuah lubang, seperti helikopter yang mendarat di padang pasir.

Hal ini terjadi karena aktivitas Lunar Lander kebanyakan terjadi sebelum pendaratan di Bulan. Ribuan kaki di atas permukaan Bulan, Lunar Lander mengurangi kekuatan semburannya hingga hanya tinggal 3.000 pon. Kekuatannya dikurangkan lagi ketika tinggal beberapa kaki di atas permukaan Bulan.

Jadi, kawah tidak mungkin terbentuk di permukaan Bulan. Lagi pula permukaan Bulan bukan hanya terdiri dari debu saja, melainkan materi-materi keras yang disebut Lunar Regolith. Jadi tentu saja tidak akan ada kawah yang terbentuk.

Objek yang seharusnya terlihat gelap
Pada beberapa foto, seperti seorang astronot yang turun dari Lunar Lander, harusnya astronot itu tidak terlihat sama sekali karena tertutup oleh Lunar Lander, namun foto tesebut malah menunjukkan detail yang luar biasa jelas.

Ini dikarenakan permukaan Bulan memantulkan cahaya, dan cahaya ini memberikan penerangan tambahan terhadap objek. Diperkirakan permukaan Bulan merefleksi cahaya sebesar 340 lumens per kaki persegi. Ini ekuivalen dengan lampu pijar seterang 35 watt. Cahaya ini akan merefleksi kepada hasil pemotretan.

Penjelasan lebih lanjut
Terdapat argumen-argumen lain yang mendukung kebenaran pendaratan di Bulan. Misalnya, NASA tidak hanya sekali mengirimkan manusia ke Bulan. NASA mengirim Apollo 11, Apollo 12, Apollo 13, Apollo 14, Apollo 15, Apollo 16, Apollo 17 menuju Bulan. Apollo 13 gagal mendarat namun berhasil pulang dengan selamat.

Apabila NASA memalsukan pendaratan Apollo 11, mengapa mereka harus mengirim misi lagi hingga Apollo 17? Padahal setelah Apollo 11, ketertarikan manusia terhadap Bulan sudah berkurang jauh. Banyak orang yang percaya teori hoax Bulan mengatakan mengapa setelah Neil Armstrong tidak ada lagi pendaratan ke Bulan. Ini adalah pernyataan yang menyesatkan.

Sesungguhnya total astronot yang mendarat dan berjalan kaki di Bulan ada 12 astronot (2 astronot untuk masing-masing Apollo). Setelah 1972 tidak ada lagi misi ke Bulan karena Amerika mengalami beberapa kali resesi yang menyebabkan anggaran NASA dipotong oleh pemerintah Amerika.

Selain itu, para astronot membawa sampel batu Bulan seberat 382 kilogram dengan lebih dari 2.000 sampel yang terpisah. Sampel-sampel itu saat ini diteliti oleh para ilmuwan di seluruh dunia. Adalah mustahil NASA mampu membuat batu bulan tiruan mengingat batu bulan memiliki karakteristik unik di mana ia terbentuk di lingkungan tanpa oksigen.

Hingga saat ini, hanya ada 25 sampel meteorit Bulan yang dimiliki (di luar 382 kg sampel yang dibawa pulang astronot). Dan batu tersebut telah dibandingkan dan ternyata memiliki karakteristik yang sama.

Pada saat peluncuran misi Apollo 11, ada sekitar 3.500 wartawan dari seluruh dunia di Kennedy Space Center yang mengikuti proses peluncuran hingga pendaratan di Bulan hingga kembali ke Bumi. Selain itu, lebih dari 400.000 karyawan bekerja pada proyek Apollo 11 hampir 10 tahun.

Tapi terlepas dari itu, percaya atau tidak percaya itu tetap urusan Anda, asalkan Anda tidak menutup diri dan pikiran dari majunya ilmu pengetahuan dan teknologi. Ngomong-ngomong, NASA berencana untuk mendaratkan manusia di Mars pada tahun 2030-an, apakah nanti juga akan ada teori konspirasi pendaratan manusia di Mars? Menarik untuk ditunggu.

Posting Komentar

Kami sangat senang menerima komentar dari Anda. Sistem kami memoderasi komentar yang Anda kirim, jadi mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk komentar Anda muncul di sini. Komentar dengan link/url akan otomatis dihapus untuk keamanan. Berkomentarlah dengan sopan dan santun.