Akses artikel Premium dengan Astronomi+, mulai berlangganan.

Saran pencarian

Mengenal Gugus Galaksi

Seperti halnya bintang-bintang berkelompok dalam galaksi, galaksi-galaksi juga berkelompok membentuk gugus-gugus galaksi. Bima Sakti dan Andromeda beserta sekitar 25 galaksi lainnya (termasuk Awan Magellan Besar dan Awan Magellan Kecil) membentuk sebuah gugus galaksi yang kita namakan Grup Lokal.
Gugus Galaksi SDD J1004+4112. Kredit: Hubble, NASA, ESA
Info Astronomy - Seperti halnya bintang-bintang berkelompok dalam galaksi, galaksi-galaksi juga berkelompok pada gugus-gugus galaksi. Bimasakti dan Andromeda beserta sekitar 25 galaksi lainnya membentuk sebuah gugus galaksi yang dinamakan Grup Lokal. Tapi, apa sebenarnya gugus galaksi itu?

Gugus galaksi tidak hanya ada satu di alam semesta. Ada miliaran gugus galaksi lain selain Grup Lokal. Misalnya saja Gugus Galaksi Virgo yang beranggotakan sekitar 2.500 buah galaksi. Gugus-gugus galaksi yang saling berdekatan membentuk kelompok yang lebih besar lagi yang disebut supergugus galaksi.

Grup Lokal bersama-sama dengan gugus-gugus galaksi sekitarnya membentuk supergugus galaksi yang kita namakan supergugus galaksi Laniakea. Supergugus galaksi ini dipastikan keberadaannya pada September 2014 ketika sekelompok astronom yang dipimpin oleh astronom R. Brent Tully dari Universitas Hawaii menciptakan cara baru menentukan supergugus sesuai kecepatan relatif galaksi.

Supergugus galaksi Laniakea ini menggantikan supergugus galaksi lokal sebelumnya, Supergugus Galaksi Virgo, yang terbukti merupakan hanya bagian kecil dari Laniakea.

Gugus Galaksi di Alam Semesta Mengembang

Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh astronom terdahulu, Milton Humason dan Edwin Powell Hubble, diperoleh kesimpulan bahwa galaksi-galaksi bergerak menjauhi Bumi (yang berarti menjauhi Bimasakti) dengan kecepatan yang berbanding lurus dengan jarak galaksi tersebut.

Semakin jauh sebuah galaksi terhadap pengamat, semakin besar kecepatan menjauhnya. Hal ini teramati dari spektrum galaksi-galaksi tersebut yang mengalami pergeseran merah (redshift).

Ini adalah pembuktian dari teori kosmologi yang meramalkan bahwa alam semesta mengembang. Dan galaksi-galaksi ini dibawa oleh ruang yang mengembang. Pengembangan alam semesta inilah yang menyebabkan spektrum dari galaksi-galaksi yang berada semakin jauh dari kita semakin besar pergeseran merahnya.

Pergeseran merah yang disebabkan oleh ruang yang mengembang ini disebut pergeseran merah kosmis (pergeseran merah ekspansi). Dengan menganalisa spektrum cahaya galaksi, kita bisa mengetahui seberapa cepat sebuah galaksi menjauhi kita dengan melihat seberapa besar pergeseran spektrum galaksi tersebut.

Jika sekarang yang kita amati adalah galaksi-galaksi saling menjauhi, ini berarti pada masa lalu jarak antar galaksi lebih dekat dibanding sekarang. Dan jika waktu kita telusur terus ke belakang, kita akan tiba pada waktu ketika galaksi-galaksi itu saling bersentuhan, saling bertumpuk menjadi satu.

Dari sinilah lahirnya teori Dentuman Besar (Big Bang), yaitu teori terbaik yang kita miliki sekarang ini untuk menerangkan awal dari alam semesta. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta bermula dari suatu keadaan terkompresi dengan kerapatan yang tak terhingga besarnya, dan mulai mengembang semenjak suatu masa tertentu yang kita namakan Dentuman Besar. Dentuman Besar ini diperkirakan terjadi sekitar 10-20 milyar tahun yang lalu. Dari situlah seluruh materi ruang dan waktu berasal, termasuk manusia.

Ukuran galaksi bermacam-macam. Galaksi terkecil (kerdil) berukuran 10.000 tahun cahaya, sedangkan galaksi yang terbesar (raksasa) berukuran >100.000 tahun cahaya.Galaksi sering muncul berpasangan (berkelompok). Awan Magellan Besar dan Kecil (di langit Selatan) membentuk pasangan dekat dengan galaksi Bima Sakti (galaksi kita).

Sementara itu, supergugus galaksi terdekat dengan Laniakea adalah supergugus galaksi Shapley, supergugus galaksi Hercules, supergugus galaksi Coma, dan supergugus galaksi Perseus-Pisces.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com