Bumi dan Bulan (jarak diabaikan). Kredit: Derek Owens |
Perbedaan besar ini ternyata terkait dengan pembentukan Tata Surya itu sendiri. Tata surya terbentuk dari awan gas raksasa yang berputar-putar lalu runtuh oleh gravitasinya sendiri. Selama proses keruntuhan, awan gas tersebut memanas, lalu mulai berputar lebih cepat secara teratur.
Putaran yang lebih cepat dan teratur tersebut mengawali pembentukan apa yang disebut sebagai cakram protoplanet, sebuah cakram gas panas yang berputar dengan massa yang terkonsentrasi di pusatnya. Konsentrasi pusat ini lambat laun membentuk Matahari, dan planet-planet yang kita kenal (termasuk Bumi) terbentuk dari cakram protoplanet tadi.
Gas pada cakram protoplanet tidak bisa runtuh dengan sendirinya untuk membentuk planet-planet. Agar menjadi planet, diperlukan beberapa 'benih', lalu benih tersebut menarik gas dan puing-puing antariksa di cakram protoplanet untuk berputar hingga solid menjadi bentuk bulat, sebuah planet.
Di dekat Matahari, suhu sangat tinggi sehingga semua material gas pada cakram protoplanet tidak bisa membentuk planet. Namun, sedikit lebih jauh dari Matahari, ada serpihan logam dan puing-puing kecil batuan antariksa. Puing-puing ini saling bertabrakan di masa awal Tata Surya, sehingga membentuk apa yang disebut planetesimal.
Planetesimal ini ukurannya dapat tumbuh dengan cepat, sampai mereka menjadi begitu besar sehingga tabrakan sudah tidak terjadi lagi. Hanya planetesimal yang terbesar yang saat ini sukses menjadi planet Terrestrial.
Di luar orbit Mars, suhu cukup rendah, sehingga tidak hanya ada serpihan logam dan bongkahan batu, tetapi juga banyak potongan-potongan kecil es. Hal ini menyebabkan planetesimal di luar orbit Mars tumbuh lebih cepat, menjadi cukup besar dan gravitasinya pun membesar sehingga dapat menangkap hidrogen dan helium yang sangat melimpah di cakram protoplanet.
Karena planetesimal di luar orbit Mars ini memiliki gravitasi yang besar, mereka mampu menangkap planetesimal-planetesimal kecil di sekelilingnya, sehingga mereka membentuk sistem keplanetan dengan banyak satelit alami. Hal inilah yang membuat planet Jovian memiliki banyak sekali bulan; gravitasinya yang kuat!
Adapun Bulan kita, skenario Bumi memiliki Bulan diyakini berbeda dengan bagaimana Jupiter memiliki satelit alaminya. Bulan diperkirakan terbentuk dari tabrakan Bumi dengan planetesimal besar di awal masa pembentukannya. Tabrakan ini melontarkan banyak material ke orbit Bumi kala itu, sehingga lontaran material ini membentuk satelit alami kita, Bulan.
Sementara Merkurius tidak memiliki satelit alami karena jaraknya yang sangat dekat ke Matahari sehingga gaya gravitasi Matahari akan jauh lebih besar daripada gaya gravitasi Merkurius. Jadi, kalau saja ada sebuah benda yang mengorbit Merkurius sebagai satelit alaminya, benda tersebut pada akhirnya akan tertarik ke arah Matahari.
Lalu tentang Venus, menurut salah satu teori, dahulu Venus memiliki satelit dengan cara yang sama seperti Bumi memiliki Bulan, yaitu karena adanya benda asing yang menabrak Venus lalu serpihannya membentuk satelit alami.
Tapi ada lagi tumbukan kedua pada Venus. Nah, akibat tumbukan kedua itu, arah rotasi Venus jadi terbalik dan lambat. Dengan arah rotasi yang terbalik itu, satelit alami yang telah dimilikinya menjadi bergerak spiral mendekati Venus hingga akhirnya hilang tanpa terjadinya tabrakan lagi.