Namun, di era modern seperti sekarang ini, rupanya masih banyak masyarakat kita yang berpikiran bahwa peristiwa gerhana adalah peristiwa yang tidak biasa, langka, dan dianggap mengundang bencana susulan. Hal ini pula yang mungkin membuat sebagian dari kita bertanya-tanya; mengapa sekarang sering terjadi gerhana? Apakah ini tanda kiamat?
Perlu diketahui, peristiwa gerhana bukan termasuk dalam peristiwa langka. Di tahun 2020 ini saja, ada enam kali gerhana yang terjadi, yakni gerhana bulan penumbra 11 Januari 2020, gerhana bulan penumbra 6 Juni 2020, gerhana matahari cincin 21 Juni 2020, gerhana bulan penumbra 5 Juli 2020, gerhana bulan penumbra 20 November 2020, dan gerhana matahari total 14 Desember 2020.
Apa Itu Gerhana?
Dalam astronomi, gerhana adalah peristiwa yang terjadi ketika sebuah benda angkasa menutupi atau bergerak ke dalam bayangan sebuah benda angkasa lainnya.Di Bumi, peristiwa ini terjadi pada matahari dan bulan, dan hanya dapat terjadi ketika mereka hampir berada dalam garis lurus dengan relatif terhadap bumi, atau yang dikenal sebagai posisi syzygy. Posisi ini bisa dicapai saat bidang orbit bulan dan bidang ekliptika bumi berpotongan.
Gerhana matahari misalnya, hanya bisa terjadi ketika bulan, dalam mengelilingi bumi, melintasi titik nodal antara matahari dan bumi. Sementara gerhana bulan hanya bisa terjadi ketika bumi secara tepat melintasi titik nodal antara matahari dan bulan.
Gerhana matahari bisa terjadi di fase bulan baru, sementara gerhana bulan hanya terjadi di fase bulan purnama. Meski begitu, tidak selalu fase bulan baru dan bulan purnama akan terjadi gerhana. Hal ini disebabkan karena bidang orbit bulan miring sekitar lima derajat terhadap ekliptika bumi. Jadi ada kalanya bulan terlalu ke atas atau ke bawah, tidak memotong titik nodal.
Seberapa Sering Gerhana Terjadi?
Mari kita mulai dengan gerhana matahari.Ada sebuah kesalahpahaman yang populer di masyarakat, yang mana menganggap bahwa fenomena gerhana matahari adalah kejadian langka. Faktanya justru sebaliknya. Sekitar sekali setiap 18 bulan (rata-rata), gerhana matahari total selalu terjadi dan bisa terlihat dari beberapa tempat di permukaan Bumi.
Mungkin, gerhana matahari dianggap langka karena tidak sering terjadi di Indonesia. Terakhir kali terjadi 21 Juni 2020, gerhana matahari baru terjadi lagi di Indonesia pada 20 April 2023 mendatang. Jarangnya peristiwa gerhana matahari yang terjadi di Indonesia bukan berarti gerhana matahari tidak bisa terjadi di tempat lain. Bumi ini luas.
Pada 20 April 2023 ini, gerhana matahari hibrida akan terjadi, tetapi jalur lintasannya tidak melewati Indonesia.
Dari jumlah ini, 3.479 di antaranya merupakan gerhana bulan total, dan sisanya akan menjadi gerhana bulan parsial atau gerhana bulan penumbra. Bila dihitung lagi, rata-rata akan terjadi 2 sampai 3 gerhana bulan per tahun!
Dengan kata lain, akan terjadi peristiwa gerhana bulan yang bisa terlihat di satu sisi malam Bumi minimal sekali setiap 17 bulan atau lebih. Hal itu jelas bukan sebuah kelangkaan.
Tapi, mengapa gerhana bulan juga dianggap langka? Saya rasa alasannya sama: gerhana bulan tidak sering terjadi di Indonesia, sehingga kita cenderung menganggap gerhana yang belakangan terjadi ini merupakan sebuah keanehan.
Mungkin juga, orang-orang yang menganggap bahwa belakangan ini sepertinya gerhana lebih sering terjadi adalah mereka yang jarang menerima atau membaca informasi mengenai gerhana. Jadi ketika ada informasi tentang gerhana yang akan terjadi lagi dan lagi, mereka baru sadar kalau gerhana itu memang sering sekali terjadi.
Gerhana Matahari Hibrida 20 April 2023
Gerhana Matahari hibrida ini merupakan gerhana pertama dari empat peristiwa gerhana yang akan terjadi sepanjang tahun 2023 ini. Dalam keempat gerhana tersebut, tiga di antaranya dapat diamati dari Indonesia, yaitu gerhana Matahari hibrida 20 April, gerhana Bulan penumbra pada 5 Mei, dan gerhana Bulan parsial pada 28 Oktober.
Seperti ini peta visibilitasnya:
Jalur totalitas di indonesia akan melintasi Pulau Kisar, Pulau Maopora, Pulau Damar, Pulau Manaoka (wilayah bagian baratnya), Oeta (Kepulauan Watubela), Antalisa, Papua Barat (wilayah "leher"), Roswar, Pulau Num, Pulau Roon, Biak.
Selain wilayah yang tidak disebutkan di atas artinya tidak bisa melihat gerhana Matahari hibrida, melainkan hanya gerhana Matahari parsial saja. Jakarta misalnya, yang hanya akan melihat gerhana Matahari parsial di mana Matahari tertutup sekitar 50%.
Jam Berapa Bisa Diamati?
Waktu terjadinya gerhana Matahari hibrida berbeda-beda tergantung letak Matahari dan Bulan di langit. Nah, berikut ini adalah perbedaannya.
Untuk Indonesia bagian barat:
- Lokasi pertama dimulainya gerhana Matahari parsial: 08:34:22 WIB
- Lokasi pertama dimulainya gerhana Matahari total: 09:37:04 WIB
- Waktu terjadinya puncak gerhana: 11:16:49 WIB
- Lokasi terakhir berakhirnya gerhana Matahari total: 12:56:36 WIB
- Lokasi terakhir berakhirnya gerhana Matahari parsial: 13:59:18 WIB
- Lokasi pertama dimulainya gerhana Matahari parsial: 09:34:22 WITA
- Lokasi pertama dimulainya gerhana Matahari total: 10:37:04 WITA
- Waktu terjadinya puncak gerhana: 12:16:49 WITA
- Lokasi terakhir berakhirnya gerhana Matahari total: 13:56:36 WITA
- Lokasi terakhir berakhirnya gerhana Matahari parsial: 14:59:18 WITA
- Lokasi pertama dimulainya gerhana Matahari parsial: 10:34:22 WIT
- Lokasi pertama dimulainya gerhana Matahari total: 11:37:04 WIT
- Waktu terjadinya puncak gerhana: 13:16:49 WIT
- Lokasi terakhir berakhirnya gerhana Matahari total: 14:56:36 WIT
- Lokasi terakhir berakhirnya gerhana Matahari parsial: 15:59:18 WIT
- Beall, A. (2023). A stellar year ahead. New Scientist, 257(3420), 48.
- Stockman, L. M. (2020). The Planets in 2023. Yearbook of Astronomy 2021, 78.