Bumi di kiri dan Bulan di kanan. Kredit: ESA |
Saat Bumi masih muda, ada objek langit sebesar Planet Mars yang menabrak Bumi. Adapun benda langit yang menabrak Bumi disebut sebagai Theia, diambil dari nama dewi bangsa Yunani, yang merupakan ibu dari Selene, dewi Bulan.
Stabilitasnya dalam mengitari Bumi kemudian terganggu karena Theia kemudian tumbuh melampaui batas maksimal 10 persen massa planet Bumi. Akibatnya, gaya gravitasi membuat Theia meninggalkan posisi orbitnya dan mendekati Bumi lalu saling bertabrakan.
Theia menabrak Bumi dengan begitu luar biasa keras, bagian dari Bumi muda dan Theia saat itu hancur dan terlempar ke luar angkasa. Karena adanya gaya tarik gravitasi Bumi muda, serpihan dari tabrakan itu menyatu dan menjadi bulat seperti bola.
Menurut para astronom, tabrakan antara Bumi dan Theia terjadi sekitar 4,53 miliar tahun lalu, atau sekitar 30 sampai 50 juta tahun setelah terbentuknya sistem tata surya. Akan tetapi, dari bukti-bukti terakhir, terindikasi bahwa tabrakan itu terjadi lebih lambat, yakni 4,48 miliar tahun lalu.
Salah satu bukti yang mendukung hipotesa ini adalah contoh-contoh bebatuan yang diambil para astronot saat mengunjungi Bulan. Dari bebatuan itu, terindikasi bahwa permukaan Bulan sebelumnya berbentuk cair dan kemungkinan ia memiliki inti kecil dari besi dengan kepadatan yang lebih rendah dibanding Bumi.
Itulah mengapa Bumi memiliki Bulan. Hingga saat ini, Bulan masih mengelilingi Bumi. Namun berdasarkan studi, Bulan mulai meninggalkan Bumi sejauh 3,8 sentimeter per tahun.