Gunung Everest menghangat. Kredit: ShutterShock |
Melalui proses pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara untuk listrik dan minyak untuk bensin, menyebabkan peningkatan karbon di udara.
Ilmuwan juga mengungkapkan, peningkatan gas rumah kaca ini diakibatkan oleh aktivitas manusia. Peningkatan drastis selama kurun waktu beberapa dekade ini akan menyulitkan hewan dan tanaman untuk beradaptasi.
Oleh karena tingginya gas rumah kaca, maka suhu bumi yang kian menghangat bisa mencairkan es di kutub.
Mencairnya Everest
Peneliti dari University of Milan di Italia menemukan bahwa permukaan Gunung Everest lebih hangat dari temuan sebelumnya.
Hal ini disebabkan lapisan es yang menutupi gunung tertinggi di dunia tersebut telah mencair hingga 13 persen.
Tidak mengherankan apabila permukaan lapisan salju yang menyelimuti Everest mengalami penurunan sebesar 43 persen.
Tim peneliti juga menyatakan temuan mereka ini tidak memberikan penjelasan secara eksplisit keterkaitan antara pencairan es dengan perubahan iklim.
Mereka mencatat bahwa sejak 1992 lalu, suhu daerah tersebut meningkat satu derajat per tahunnya. Sedangkan, curah hujannya menurun sebesar hampir empat inci selama pra-monsun (perubahan iklim yang ditandai dengan pergantian arah angin) dan musim dingin.