Galaksi I Zwicky 18. Kredit: APOD/NASA |
Observasi terhadap I Zwicky 18 di Observatorium Palomar sekitar 40 tahun lalu menunjukkan bahwa galaksi tersebut diperkirakan mulai membentuk bintang-bintangnya pada miliaran tahun setelah galaksi-galaksi tetangganya, termasuk galaksi kita, Bima Sakti.
Bagi para astronom masa itu, penemuan ini memiliki arti penting karena galaksi muda tersebut juga berjarak cukup dekat sehingga dapat dipelajari secara detil; sesuatu yang tidak mungkin didapat dari observasi terhadap objek yang berjarak lebih jauh, dimana alam semesta masih berusia sangat muda.
Namun data terbaru dari Teleskop Hubble telah menepis kemungkinan itu. Teleskop tersebut menemukan keberadaan bintang merah yang lebih redup dan lebih tua di I Zwicky 18, yang menunjukkan bahwa pembentukan bintang-bintang disana telah mulai berlangsung setidaknya pada semiliar tahun lalu, bahkan tidak tertutup kemungkinan pada 10 miliar tahun lalu. Dengan demikian, I Zwicky 18 mungkin terbentuk pada periode yang sama dengan saat terbentuknya kebanyakan galaksi lain.
Observasi spektroskopis dengan teleskop berbasis darat telah menunjukkan bahwa I Zwicky 18 sebagian besar tersusun atas hidrogen dan helium, dua elemen utama yang terbentuk saat big bang, dentuman besar yang dipercaya menandai terbentuknya alam semesta.
Dengan kata lain, bintang-bintang didalamnya tidak terbentuk dari elemen berat dalam jumlah yang sama dengan galaksi-galaksi tetangganya. Akibatnya, kecepatan pembentukan bintang-bintang di galaksi tersebut jauh lebih rendah dibandingkan pada galaksi lain yang seumuran.
Galaksi ini telah dipelajari oleh sebagian besar teleskop NASA, termasuk Teleskop Antariksa Spitzer, Observatorium Sinar-X Chandra, dan Far Ultraviolet Spectroscopic Explorer (FUSE).
Namun demikian, mengapa I Zwicky 18 membentuk sedemikian sedikit bintang di masa lalu, dan kemudian membentuk sedemikian banyak bintang baru pada saat ini, masih menjadi misteri besar yang belum terpecahkan.
Data Hubble yang terbaru menunjukkan bahwa I Zwicky 18 berada pada jarak 59 juta tahun cahaya dari Bumi, atau hampir 10 juta tahun cahaya lebih jauh daripada yang diperkirakan sebelumnya. Namun demikian, dalam standar astronomi, jarak ini masih terhitung dekat.
Jarak yang lebih jauh dari perkiraan ini menjelaskan mengapa para astronom selama ini mengalami kesulitan untuk mendeteksi bintang yang lebih tua dan lebih redup dalam galaksi ini. Pada kenyataannya, bintang yang redup dan tua di I Zwicky 18 hampir diluar jangkauan sensitivitas dan resolusi yang dimiliki Teleskop Hubble.
Sementara itu, penentuan jarak I Zwicky 18 yang sesungguhnya dilakukan dengan memanfaatkan bintang-bintang Variabel Cepheid (biasa disebut sebagai “Cepheid” saja), yakni bintang yang berdenyut dalam periode yang sangat teratur.
Periode denyutan suatu Cepheid berbanding lurus dengan kecerlangannya. Prinsip ini membantu para astronom dalam menentukan jarak suatu objek di antariksa.
Tim astronom yang dipimpin oleh Alessandra Aloisi dari European Space Agency/Space Telescope Science Institute mengamati kecerlangan dari tiga Cepheid dan membandingkannya dengan kecerlangan sebenarnya yang diprediksi oleh model teoretis yang didesain secara spesifik untuk I Zwicky 18 untuk memperoleh jaraknya yang lebih akurat.