Data NASA menunjukan es di Arktik meningkat setahun terakhir. Kredit: Daily Mail |
Menurut Daily Mail Sabtu (7/9/2013), kondisi Arktik dulunya mengenaskan akibat begitu banyaknya gugusan es yang mencair. Satu juta mil persegi gugusan es yang mencair kini mulaio tumbuh.
Kondisi ini menyebabkan gugusan es di Kutub Utara meningkat 60%. BBC melaporkan, pemanasan global akan meninggalkan Arktik pada akhir musim panas 2013 ini.
Hal ini dibuktikan dengan adanya lembaran es yang tak terputus dengan ukuran lebih dari setengah Eropa sudah membentang dari pulau-pulau di Kanada hingga pantai utara Rusia.
Daerah ini, saat terjadi pemanasan global hanya berupa lautan es yang luas. Bahkan Terusan Barat laut, yang menghubungkan samudra Atlantik dan Pasifik pun sudah dipenuhi es sepanjang tahun.
Para ilmuwan terkemuka sekarang percaya bahwa Bumi sedang menuju periode pendinginan. Pernyataan ini datang setelah terjadi perdebatan dari para ilmuwan yang mengungkapkan bahwa pemanasan global sebanarnya sudah “berhenti” sejak tahun 1997.
Panel PBB yang mengurusi perubahan iklim, IPCC mengatakan kondisi ini sangat mungkin terjadi mengingat saat ini gaya hidup go green sudah menjadi bagian dari masyarakat, dan semakin banyak pula masyarakat yang sadar bahwa menjaga lingkungan adalah hal yang sangat penting.
Jika Arktik mencair, Indonesia tenggelam!
Apa jadinya bila es di Arktik mencair? Permukaan air laut pasti akan naik dan itu sangat berdampak pada Indonesia. Lebih dari 17.000 pulau di Nusantara ini terancam tenggelam.
Fenomena global seperti perubahan iklim, akan membuat udara semakin panas. Hal itu akan berimbas pada Kutub Utara dan es di daerah tersebut bisa ikut mencair.
"Indonesia sangat terpengaruh pada perubahan cuaca. Jika Kutub Utara esnya mencair, akan membuat sebagian pulau kita mengecil, sebagian lagi tenggelam. Belum lagi berbagai dampak lainnya," kata Teguh Rahardjo, Staf Ahli Bidang Teknologi Hankam Kementerian Ristek.
Pulau-pulau yang dimiliki Indonesia bisa terancam. Meski Indonesia memiliki teknologi antariksa, tetap butuh dukungan dari negara lain.
"Kita bisa belajar, berdiskusi mengenai cara mengantisipasi dampak perubahan iklim dengan menggunakan teknologi antariksa, khususnya teknologi penginderaan jauh. Apalagi kita belum punya satelit khusus untuk meteorologi. Karenanya perlu kerjasama dengan negara-negara maju," kata Orbita Roswintiarti, Kepala Pusat Teknologi Penginderaan Jauh Lapan.
Bagaimana dengan Anda? Sudahkah Anda menjaga Bumi tempat Anda menumpang hidup ini?