Komet Pan-STARRS. Kredit: NASA |
Komet ISON mulai "menyala". Saat ini, jaraknya hanya 0,66 SA (99 juta kilometer) dari Matahari. Dan saat mencapai perihelionnya -- jarak terdekat dengan Matahari -- pekan depan (28/11), komet ISON akan semakin cemerlang.
Komet ISON seiring kecemerlangannya yang meningkat, membuat ia terlihat di langit subuh atau sebelum Matahari terbit di arah Timur.
Semakin dekatnya komet ISON dengan Matahari juga membuat ia memiliki satu ekor baru, jadi saat ini ia memiliki dua ekor.
Ketika bergerak mendekati Matahari, karena suhu yang semakin tinggi, es pada komet menguap. Selainjutnya, debu komet berhamburan "ditiup" oleh angin Matahari, aliran partikel dari bintang induk di Tata Surya. "Inilah yang menyebabkan ekor debu," kata Ma'rufin.
Ekor yang baru "tumbuh" dari komet ISON sendiri merupakan ekor gas atau ekor ion. Ekor ini terjadi karena kandungan beragam senyawa volatil yang menguap kala komet semakin dekat dengan Matahari. Salah satu gas utama penyebab ekor gas adalah karbon monoksida.
Ekor gas dan ekor debu memiliki karakteristik berbeda. Ekor debu biasanya lurus, sementara ekor gas bisa berbentuk tak beraturan karena interaksinya dengan angin Matahari.
Ekor debu selalu mengarah menjauhi Matahari, berada di belakang komet. Sementara itu, ekor gas tak selalu demikian.
Untuk mengamati komet ISON, mulai besok (16/11), cobalah tengok arah langit Timur saat sebelum subuh sampai Matahari terbit. Pastikan langit bebas dari polusi dan tidak berawan.