Suasana komplek Masjid di negara Suriah. Kredit: M. Taufiq A |
Sistem cuaca itu “menumpahkan” salju setebal 10-15 sentimeter di Yerusalem. Sistem cuaca yang sama menjadi pemicu hujan lebat dan banjir di beberapa daerah, sebelum hujan berubah menjadi salju.
Sistem badai itu bertanggung jawab atas meninggalnya delapan penduduk di Timur Tengah. Perserikatan Bangsa-Bangsa melaporkan bahwa jutaan penduduk di Suriah dan 600 ribu pengungsi di negara yang tengah dilanda perang saudara tersebut membutuhkan bantuan.
Kenapa sampai turun salju?
Badai langka itu berawal dari udara lembap dan hangat yang naik dari Laut Mediterania, menghasilkan hujan ketika naik dan bergerak ke arah timur menuju Timur Tengah.
Sistem cuaca itu kian intensif ketika bertemu dengan udara dingin yang membentang dari Turki dan Eropa Timur hingga Cina. Udara dingin tersebut adalah penyebab cuaca dingin menggigit yang terjadi secara mendadak di Cina, awal pekan lalu.
Namun, setelah pusat sistem tekanan rendah, yang berputar berlawanan arah dengan jarum jam karena rotasi Bumi, melewati Israel, angin utara mulai membawa udara dingin dari utara ke arah Yerusalem dan Mediterania Timur.
Badai salju yang menyerang Yerusalem adalah kejadian terburuk dalam 20 tahun terakhir. Transportasi umum terpaksa dihentikan. Kantor dan sekolah ditutup untuk sementara.
Salju juga dilaporkan terjadi di Turki, Yordania, Lebanon, Suriah, dan Mesir. Badai salju itu kemungkinan akan bergerak ke arah Kazakhstan, Rusia dan Cina, kata Samenow, menjatuhkan lebih banyak salju di kawasan itu.