Ilustrasi planet super-raksasa kembaran Bumi yang diberi nama Kepler-10c. Kredit: David A. Aguilar (CfA) |
Juga dijuluki sebagai "Mega-Bumi," planet ekstrasurya yang bernama resmi Kepler-10c ini massanya 17 kali lipat Bumi dan mengelilingi sebuah bintang seperti Matahari di konstelasi Draco.
Mega-Bumi memiliki permukaan berbatu dan tentu lebih besar dari tipe "Super-Bumi" yang merupakan kelas planet yang sedikit lebih besar dari Bumi.
"Ini adalah Godzilla Bumi!" kata Dimitar Sasselov dari CfA, direktur Harvard Origins of Life Initiative dalam sebuah pernyataan. "Kepler-10c memiliki implikasi positif bagi kehidupan."
Penemuan Kepler-10c dipaparkan pada pertemuan American Astronomical Society ke-224 hari ini, 3 Juni 2014.
Kepler-10c mengorbit bintang induknya (atau Mataharinya) setiap 45 hari sekali. Kepler-10c mungkin terlalu dekat dengan bintang induknya untuk menjadi ramah bagi kehidupan. Menurut studi, permukaannya dipenuhi lava.
Teleskop antariksa Kepler milik NASA merupakan yang pertama kali mengobservasi Kepler-10c, Namun, saat observasi pertamanya melalui Kepler belum dapat diketahui apakah Kepler-10c merupakan planet batu atau gas.
Ukuran planet Kepler-10c yang 17 kali lebih besar dari Bumi ini awalnya dikategorikan sebagai "Mini-Neptunus", kategori yang menyatakan bahwa planet gas raksasa mirip Neptunus namun lebih kecil.
Namun setelah diteliti oleh astronom Xavier Dumusque dan timnya menggunakan instrumen HARPS pada Telescopio Nazionale Galileo di Kepulauan Canary, mereka menemukan bahwa planet ini pada kenyataannya berbatu dan bukan Mini-Neptunus.
Menurut studi para astronom sistem Kepler-10c sebenarnya sudah ada dalam waktu yang lama, diperkirakan sudah terbentuk kurang dari 3 miliar tahun setelah Big Bang (Dentuman Dahsyat).