Satelit Palapa A1 di orbit Bumi. Kredit: NASA |
Satelit itu diluncurkan dari Kennedy Space Center, Canaveral, Amerika Serikat di atas pada slot orbit 83 derajat BT. Nama Palapa ini diambil dari “Sumpah Palapa”, yang pernah dicetuskan oleh Patih Gajah Mada dari Majapahit pada tahun 1334.
Generasi satelit Palapa diluncurkan 1977, yaitu satelit milik Perumtel, Palapa A2, dengan roket yang sama seperti Palapa A1.
Enam tahun kemudian, Perumtel kembali meluncurkan Satelit Palapa B1 pada 18 Juni 1983. Kali ini Perumtel menggunakan jasa roket Challenger F2 (STS-7) dan diluncurkan dengan menggunakan pesawat ulang alik.
Satelit Palapa selanjutnya, Palapa B2 yang diluncurkan 3 Febuari 1984 dari wahana Challenger F4 (STS-41-B) yang gagal beroperasi dan dijemput oleh roket STS-51A pada November 1984.
Satelit ini kemudian dibeli dan didaur-ulang oleh Sattel Technologies yang kemudian dibeli kembali oleh Perumtel pada tahun 1990 dengan nama Palapa B2R. Satelit B2R sendiri diluncurkan pada 13 April 1990.
Satelit Palapa selanjutnya, Palapa B2P, yang dimiliki oleh Perumtel dan Satelindo kemudian diluncurkan pada 21 maret 1987 menggunakan roket Delta 6925.
Kemudian Telkom meluncurkan satelit Palapa B4, 14 Mei 1992 dari Kennedy Space Center, Amerika Serikat.
Lalu satelit milik Satelindo, Palapa C1 diluncurkan. Generasi pertama Palapa C ini diproduksi oleh Hughes, Amerika Serikat dan diluncurkan pada 31 Januari 1996 dari Kennedy Space Center, Amerika Serikat dengan menggunakan roket Atlas 2AS.
Satelit ini dimaksudkan sebagai pengganti Palapa B4 pada Orbit Geostasioner 113 derajat BT dengan rentang operasi selama 7 tahun.
Namun, satelit ini hanya berusia dua tahun saja, karena mengalami kegagalan pengisian baterai pada 24 November 1998. Satelit Palapa C1 pun dinyatakan tidak layak beroperasi.
Berikutnya, Satelindo dan Indosat meluncurkan satelit Palapa C2 pada 15 Mei 1996 dengan roket Ariane-44LH10-3.
Satelit buatan Hughes (HS-601) ini diluncurkan dari Kourou, Guyana Prancis. Satelit ini beroperasi pada Orbit Geo Stasioner slot 113 derajat BT di ketinggian 36.000 km di atas permukaan Bumi.
Operasional satelit ini berpindah tangan ke PT. Indosat Tbk, setelah penggabungan Satelindo dengan Indosat. Untuk memberi tempat bagi Satelit Palapa D, orbit satelit ini dipindah ke 105,5 derajat BT.
Menjelang akhir 1997, Indovision meluncurkan satelit Cakrawala I pada 12 November 1997 dengan roket Ariane-44LH10-3. Satelit buatan Orbital Sciences Corporation (OSC) (Star-1) diluncurkan dari Kourou, Guyana Prancis.
Pada 1999, Telkom meluncurkan satelit keduanya. Telkom-1 yang dibuat Lockheed Martin (A2100A) dengan menggunakan roket Ariane IV, satelit ini memiliki masa operasi hingga 2016.
Pada 2000, Asia Cellular Satelite (ACeS) meluncurkan satelit Garuda-1 yang memiliki masa operasi sampai 2015. Satelit buatan Lockheed Martin diluncurkan menggunakan roket Proton K Blok-DM3 dari Baikonur Cosmodrome, Kazakhstan.
Enam tahun setelah Telkom-1, Satelit Telkom-2 diluncurkan dari Kourou, Guyana Prancis menggunakan roket Ariane V. Sampai saat ini satelit ini masih beroperasi.
Buatan Indonesia
Pada 2006, satelit pertama buatan Indonesia, INASAT-1 diluncurkan. Satelit ini merupakan satelit metodologi penginderaan untuk memotret cuaca buatan LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional).
INASAT-1 menggunakan komponen elektronik berukuran kecil, dengan berat sekitar 10-15 Kg. Kehadiran satelit ini dirancang untuk mengumpulkan data yang berhubungan erat dengan data lingkungan maupun rumah tangga yang digunakan untuk mempelajari dinamika gerak serta penampilan sistem satelit.
Satelit ini dirancang bersama oleh PT.Dirgantara Indonesia dan LAPAN. Dari segi dinamika gerak akan diketahui melalui pemasangan sensor gyrorate tiga sumbu.
Sehingga dalam perjalanannya akan diketahui bagaimana perilaku geraknya. Penelitian dinamika gerak ini menjadi hal yang menarik untuk satelit-satelit ukuran Nano yang terbang dengan ketinggian antara 600-800 km.
LAPAN tidak berhenti di situ saja. Bekerja sama dengan Universitas Teknik Berlin (Technische Universität Berlin; TU Berlin), LAPAN membuat satelit LAPAN-TUBSAT.
Ini adalah satelit mikro pertama Indonesia. Wahana yang dirancang berdasarkan satelit lain bernama DLR-TUBSAT, dan menyertakan sensor bintang yang baru.
Satelit LAPAN-TUBSAT yang berbentuk kotak dengan berat 57 kilogram dan dimensi 45 x 45 x 27 cm ini digunakan untuk melakukan pemantauan langsung situasi di Bumi seperti kebakaran hutan, gunung berapi, banjir, menyimpan dan meneruskan pesan komunikasi di wilayah Indonesia, serta untuk misi komunikasi bergerak.
LAPAN-TUBSAT membawa sebuah kamera beresolusi tinggi dengan daya pisah 5 meter dan lebar sapuan 3,5 kilometer di permukaan Bumi pada ketinggian orbit 630 kilometer serta sebuah kamera resolusi rendah berdaya pisah 200 meter dan lebar sapuan 81 kilometer.
Pada 2009, PT Media Citra Indostar (MCI) yang mengelola dan mengoperasionalisasi satelit Indovision meluncurkan Indostar II atau Cakrawarta II.
Satelit ini diluncurkan dengan menggunakan roket peluncur Proton-Briz milik Rusia dan lepas landas melalui Baikonur Cosmodome di Kazahkstan.
Peluncuran satelit Indostar II ini terjadi pada tanggal 16 Mei 2009. Kehadiran Satelit Indostar II ini adalah untuk menggantikan Satelit Indostar I (Cakrawarta 1) yang telah sebelas tahun melayani Indovision dan habis masa orbitnya pada tahun 2008.
Dalam waktu dekat, Indonesia melalui LAPAN akan kembali meluncurkan satelit baru yang bernama Satelit LAPAN-A2.
MAJU TERUS ASTRONOMI INDONESIA!