Spacewalk. Kredit: NASA |
Waktu terlama yang telah dilalui manusia di luar angkasa adalah 437 hari, itu dilakukan oleh kosmonot Valeri Polyakov, hampir dua puluh tahun yang lalu. Itu adalah penerbangan kedua. Sedangkan yang pertama adalah Sergei Krikalev yang menghabiskan 240 hari. Total ada lebih dari enam penerbangan, dan telah menghabiskan 803 hari di luar angkasa.
Luar angkasa adalah lingkungan yang keras bagi manusia. Manusia tidak berevolusi untuk tinggal di sana. Sistem seluruh tubuh kita telah dirancang hanya bisa berevolusi dan berfungsi di bawah tekanan gravitasi di permukaan Bumi.
Otot-otot kita terus bekerja melawan gravitasi di Bumi. Otot-otot akan kurang digunakan alias tidak terlalu diperlukan jika kita berada di luar angkasa, sehingga otot-otot mengalami atrofi. Termasuk jantung, yang sedikit demi sedikit menyusut, otot-otot leher yang menahan kepala kita serta otot betis pun juga menyusut.
Sejak tulang kita tidak mengalami beban yang biasanya dialami di permukaan Bumi. Jaringan tulang akan diserap dan tidak dibangun kembali. Tulang yang diserap ini dapat menyebabkan batu ginjal. Tempat di mana tulang melemah dapat dengan mudah patah.
Berikut adalah grafik yang menunjukkan tingkat kehilangan tulang untuk berbagai bagian tubuh:
Kredit: Wikimedia Commons |
Selain merusak kekebalan tubuh, ancaman besar yang berpotensi membunuh manusia adalah radiasi.
Di Bumi, kita tidak akan terkena radias dari luar angkasa sebab dilindungi atmosfer Bumi. Namun di luar angkasa, astronot dapat terkena radiasi kosmik, radiasi matahari, partikel kosmik matahari, dan radiasi geomagnetikal tanpa perlindungan.
Paparan radiasi bisa mengakibatkan kematian sel atau dapat menyebabkan mutasi yang mengakibatkan kanker atau efek epigenetik. Beberapa sistem yang cukup sensitif terhadap radiasi dan fungsi mereka dapat menjadi terganggu, seperti sistem kekebalan tubuh dan sistem sumsum tulang dan mata, sehingga katarak.
Luar angkasa adalah lingkungan yang keras.