Ilustrasi 'Jupiter Muda'. Kredit: SETI Institute |
Planet ekstrasurya yang baru ditemukan ini diberi nama 51 Eridani b, mengorbit bintang induk yang bejarak 96 tahun cahaya dari Bumi di sistem planet yang mungkin mirip tata surya kita. Menurut para ilmuwan, penemuan ini bisa menjelaskan bagaimana sistem tata surya kita terbentuk.
Selama 20 tahun terakhir, para astronom telah mengkonfirmasi keberadaan lebih dari 1.800 exoplanet, atau planet asing di yang mengorbit bintang lain di Galaksi Bima Sakti. Banyak dari planet-planet ini yang identik dengan Bumi, Jupiter bahkan Neptunus.
Sementara itu, sudah lebih dari 1.000 dari exoplanet yang dikonfirmasi oleh Teleskop Antariksa Kepler milik NASA. Kepler tidak langsung menemukan planet tersebut, melainkan dengan mendeteksi hilangnya (atau redupnya) cahaya bintang di alam semesta sebagai asumsi ada planet yang lewat (transit) di depan bintang tersebut.
Planet ekstrasurya 51 Eridani b ini begitu spesial, sebab planet baru ini ditemukan menggunakan Gemini Planet Imager, instrumen pada teleskop South Gemini di Chile, yang secara langsung mendeteksi 51 Eridani b dengan meneropongnya lalu memotretnya. Canggih memang.
"Untuk mendeteksi planet-planet, Kepler melakukannya dengan melihat bayangan planet di depan bintang," kata pemimpin penulis studi Bruce Macintosh, yang juga peneliti utama pada Gemini Planet Imager dan astrofisikawan di Stanford University, California. "Gemini Planet Imager tidak melakukan apa yang Kepler lakukan, tapi kita melakukan pencitraan langsung."
Temuan ini telah dirilis di jurnal Science pada 13 Agustus 2015.
Perbandingan 51 Eridani b dengan Jupiter dan Bumi. Kredit: J. Rameau, C. Marois, SETI Institute |
Planet sangat redup dibandingkan dengan bintang induknya. Dengan demikian, planet-planet ekstrasurya yang langsung dicitrakan hingga saat ini hanya planet yang memiliki ukuran lima kali ukuran Jupiter. Namun, Gemini Planet Imager adalah salah satu dari alat generasi baru yang dirancang khusus untuk menemukan dan menganalisis, planet-planet ekstrasurya kecil, bahkan yang mengorbit dekat dengan bintang induknya.
Gemini Planet Imager ini bersarnya seukuran mobil sedan, disematkan pada teleskop berdiameter 8 meter yang bernama Teleskop Gemini Selatan. Imager ini memiliki cermin yang mampu mendeformasi optik adaptif untuk mempertajam gambar bintang, dan kemudian 'meredupkan' cahayanya. Setiap cahaya hasil 'peredupan' kemudian dianalisis. Dan jika terlihat bintik-bintik terang, bintik-bintik tersebut mengisyaratkan kemungkinan sebuah planet.
Para ilmuwan berfokus pada bintang 51 Eridani, bintang putih-kekuningan kerdil yang miliki massa 1,5 kali massa dan diameter Matahari, terletak sekitar 96 tahun cahaya dari Bumi di rasi bintang Eridanus. Bintang ini, juga dikenal sebagai 51 Eri, masih sangat muda, berusia 20 juta tahun. Sebagai perbandingan, Matahari memiliki usia sekitar 4,6 miliar tahun.
"51 Eri adalah salah satu bintang terbaik untuk pencitraan planet," kata rekan penulis studi Eric Nielsen di Stanford University dan SETI Institute. "Ini salah satu bintang yang sangat muda dan relatif dekat dengan Matahari. 51 Eri lahir 20 juta tahun yang lalu, 40 juta tahun setelah dinosaurus di Bumi punah."
51 Eridani b, atau 51 Eri b, merupakan planet yang lebih dari satu juta kali lebih redup bintang induknya (51 Eri). Planet ini mengorbit bintang induknya pada jarak sekitar 13 SA (Satuan Astronomi), atau sekitar 13 kali jarak antara Bumi dan Matahari, lebih tepatnya 1.950.000.000 kilometer jauhnya.
Planet 51 Eri b ditemukan hanya sebulan setelah Gemini Planet Imager mulai beroperasi pada tahun 2014. "Ini adalah planet ekstrasurya yang pertama kali ditemukan dengan Gemini Planet Imager," kata rekan penulis studi Franck Marchis, astronom planet senior di SETI Institute. "Gemini Planet Imager jauh lebih sensitif dibandingkan pendahulunya."
Planet ekstrasurya 51 Eridani b memiliki massa sekitar dua kali massa Jupiter, dan sekitar 600 kali massa Bumi kita.
Hasil pencitraan langsung dari penemuan Planet Ekstrasurya 51 Eridani b. Kredit: SETI Institute |
Pencitraan langsung planet ekstrasurya tidak hanya memberikan sekedar foto-foto. Panjang gelombang cahaya planet dapat mengungkapkan banyak rahasia dan data-data, seperti komposisi kimianya. Para peneliti menemukan bahwa atmosfer 51 Eri b didominasi oleh metana, seperti Jupiter.
Para peneliti menemukan bahwa 51 Eri b semacam Jupiter muda. Planet ini merupakan planet raksasa gas yang sedikit lebih besar dari Jupiter yang berada di sistem tata surya lain selain tata surya kita.
Planet raksasa gas 51 Eri b atmosfernya relatif panas, suhunya sekitar 430 derajat Celsius, cukup panas untuk melelehkan timah, dibandingkan dengan suhu Jupiter, yang 'hanya' minus 145 derajat Celcius. Panas ini menunjukkan jika 51 Eri b telah terbentuk lebih cepat dari Jupiter.
Para peneliti mengatakan mereka berencana untuk mulai mengamati 51 Eri b lagi pada akhir September, ketika muncul dari balik Matahari, untuk memetakan orbit tersebut.
Charles Q. Choi, Space.com