Ilustrasi satelit LAPAN-A2 yang berada di orbit Bumi. Dokumen Info Astronomy |
LAPAN-A2 akan diluncurkan bersama satelit Astrosat milik India pada misi PSLV-C30/Astrosat. LAPAN-A2 akan beroperasi di orbit near equatorial dan mampu melintasi wilayah Indonesia sebanyak 14 kali setiap hari. Dengan begitu, satelit ini diharapkan mampu memantau seluruh wilayah darat dan laut Indonesia.
Satelit berbobot 78 kilogram ini membawa misi pemantauan, komunikasi serta pengembangan kemampuan dan kemandirian. Satelit ini mampu observasi permukaan bumi memakai kamera video, kamera digital serta peralatan sistem identifikasi otomatis (AIS) untuk pemantauan kemaritiman.
Selain itu, LAPAN-A2 dibekali sistem komunikasi untuk mitigasi bencana menggunakan radio amatir melalui voice repeater dan automatic packet reporting system (APRS), bekerjasama dengan Organisasi Amatir Radio Indonesia (Orari).
Generasi satelit eksperimental LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional), baik LAPAN-A1 hingga LAPAN-A3 merupakan wujud pengembangan kemampuan dan kemandirian bangsa di bidang iptek keantariksaan. Bekal yang didapat dari kedua satelit tersebut akan berguna untuk pembangunan satelit semi-operasional pada generasi LAPAN-A4 dan LAPAN-A5.
Menurut Thomas, penguasaan teknologi satelit berbeda dengan teknologi roket. “Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang satelit relatif lebih mudah jika dibandingkan dengan bidang peroketan yang sifatnya guna ganda. Untuk itu, potensi pengembangan satelit sangat besar,” Thomas menambahkan.
Pada kegiatan sosialisasi tersebut, Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristekdikti Dr. Muhammad Dimyati mengapresiasi LAPAN atas hasil riset satelit LAPAN-A2. Pasalnya, menurut Dimyati, potret kemampuan dan budaya inovasi bangsa Indonesia masih ‘buram’ jika dibandingkan negara-negara lain.
“Hal tersebut didasarkan pada fakta bahwa bangsa kita masih bergantung pada inovasi dari luar negeri, rendahnya budaya inovasi dan kemampuan teknologi nasional, interaksi iptek dan industri yang masih lemah, juga regulasi yang menghambat,” Dimyati menjelaskan.
Namun, Dimyati menambahkan, di tengah “keterpurukan” itu LAPAN mampu membangun satelit berbobot kurang dari 100 kilogram yang dinamai LAPAN-A2 secara mandiri di dalam negeri. Di masa mendatang, Dimyati berharap akan terjalin konsorsium kerja sama riset antara LAPAN dengan perguruan tinggi dalam pembangunan dan pemanfaatan satelit besar.
Sosialisasi melibatkan tiga komponen academic¸ business, and government yang terdiri dari Kementerian Perhubungan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Masyarakat Ahli Penginderaan Jauh Indonesia (MAPIN), Perguruan Tinggi Negeri (PTN), Orari, serta pihak swasta. Diharapkan, LAPAN-A2 bermanfaat secara optimal dan menumbuhkan rasa bangga akan hasil karya anak bangsa.
LAPAN.go.id