Galaksi elips SDSS J162702.56+432833.9 diperkirakan dihuni oleh kehidupan yang kompleks. Kredit: NASA, ESA, wikimedia |
Para ilmuwan telah merancang "cosmobiological" untuk model pemetaan galaksi di alam semesta untuk pertama kalinya agar membantu kita memahami mana galaksi yang laik huni dan mana yang tidak laik huni. Anehnya, setelah studi yang dilakukan, galaksi kita sendiri (Bima Sakti) bukan salah satu kandidat galaksi laik huni.
Materi Kelaikhunian
Menggambarkan pemahaman kita tentang zona laik huni pada galaksi, para ilmuwan mengusulkan bahwa kelaikhunian galaksi apapun tergantung pada tiga kriteria kunci astrofisika.
Salah satunya adalah, hanya sejumlah bintang di alam semesta yang diorbiti planet, yang diperkirakan terkait dengan ukuran galaksi induk mereka. Yang kedua adalah kandungan seperti karbon, oksigen dan zat besi dalam sebuah galaksi, yang dalam astrofisika disebut "logam". Dan ketiga adalah, pengaruh negatif dari ledakan supernova, yang kuat (dan beracun) radiasi berpotensi menghambat pembentukan dan evolusi kehidupan.
Ketiga kriteria kunci di atas telah dilakukan Sloan Digital Sky Survey untuk mengumpulkan data dengan sambil mengamati lebih dari 150.000 galaksi terdekat Bima Sakti di alam semesta. Data mereka menunjukkan bahwa galaksi raksasa memiliki jumlah logam terbesar.
Sementara itu, pada data yang sama, ditemukan bahwa galaksi elips, yang memiliki bentuk bulat (bukan spiral seperti Bima Sakti kita), ditetapkan sebagai jenis galaksi paling laik huni di alam semesta.
Setiap galaksi elips memiliki ukuran dua kali lebih besar dari galaksi spiral seperti Bima Sakti dan memiliki sepersepuluh lebih banyak dari tingkat intensitas ledakan supernova yang berpotensi menciptakan 10.000 kali lebih banyak planet yang mungkin bisa dihuni (seperti Bumi).
Studi ini telah dipublikasikan pada Astrophysical Journal Letters.