|
Citra satelit kebakaran lahan dan kabut asap di Kalimantan Tengah. Kredit: LAPAN |
Info Astronomy - Kebakaran (atau dibakarnya) hutan yang menyebabkan munculnya kabut asap dari Sumatera Selatan hingga Kalimantan Barat terdeteksi oleh satelit Terra yang berada di orbit geosinkronus. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) merilis citra satelit dari kabut asap ini pada 8 September 2015 di situs webnya.
Kebakaran hutan atau lahan di Sumsel terjadi di beberapa lokasi dan disertai dengan asap kebakaran. Lingkaran warna kuning menunjukan lokasi kebakaran hutan dan lahan, namun per tanggal 8 September 2015 nampak atmosfer Sumsel masih diselimuti asap imbas kebakaran pada hari sebelumnya.
|
Citra satelit kabut asap di Sumatera Selatan. Kredit: LAPAN |
Nampak pada citra satelit selanjutnya, atmosfer di wilayah Jambi dan Sumatera Selatan, hingga Riau juga masih diselimuti asap tebal akibat kebakaran hutan yang parah ini.
|
Citra satelit kabut asap di Jambi. Kredit: LAPAN |
Bergerak ke Pontianak, Ketapang, Lamandau, Kotawaringin Barat hingga Sukamara, kebakaran hutan dan pekatnya asap juga nampak pada citra satelit rilisan LAPAN pada 8 September 2015. Tampak secara visual, asap bergerak ke arah Barat Laut.
|
Citra satelit kabut asap di Kalimantan Barat. Kredit: LAPAN |
Bukan Bencana Alam, Tapi Murni Ulah Manusia
Kabut asap seolah menjadi agenda tahunan, sebuah bencana tahunan setiap musim kemarau datang. Nyaris tak ada pengurangan intensitas kabut asap dari waktu ke waktu. Padahal penyebabnya jelas, asap itu bukan asap vulkanik, ia hanya bisa muncul di udara jika ada yang membakar lahan.
Semakin banyak lahan yang terbakar, semakin banyak asap yang dilepaskan dan semakin pekat kabut asapnya. Ini bukan bencana alam, tapi murni ulah tangan manusia yang tak mau bertanggung jawab. Kita hidup di planet seperti memiliki planet lain untuk dihuni. Selamat merusak Bumi, manusia!