Citra satelit Himawari, 25 Oktober 2015. Kredit: MSC, JMA |
"Sampai sore hari ini Jakarta belum terimbas langsung dari Sumatera dan Kalimantan. Di Jawa tidak ada kebakaran yang seperti di dua pulau. Tapi kondisi ini bisa berubah," kata Yunus seperti dilansir dari laman CNN Indonesia.
Perubahan tersebut berdasarkan beragam hal seperti konsentrasi asap. Kondisi asap juga dapat dilihat dan bergantung pada kondisi angin, hujan, atmosfer, dan kestabilan. Namun, Yunus memastikan hingga kini Jakarta masih aman dari kabut asap.
"Dari gambar cuaca satelit Himawari, itu ada wilayah yang terdampak kuat terlihat berasap 'merah'. Di Jakarta tidak ada asap 'merah'-nya," ucapnya.
Ketika ditanya soal informasi ada kabut yang tampak di beberapa ruas wilayah di Jakarta dari kemarin sore hingga siang tadi, Yunus menjawab itu adalah udara kabur. "Itu mungkin karena knalpot dan limbah udara dari pabrik, rumah, dan pembuangan. Ini juga musim kemarau jadi angin bawa debu. Partikel-partikel di atmosfer macam-macam, ada asap dan debu. Tapi ini bukan asap kebakaran," katanya.
Merujuk data BMKG dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per Rabu (21/10), jumlah titik api di seluruh Indonesia meningkat drastis menjadi 3.226 titik, dengan sebaran meluas dari Sumatera, Kalimantan, hingga Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.