NASA's Journey to Mars. Kredit: NASA |
Pada September 2014 silam, William Gerstenmaier berdiri di dalam antrean prasmanan makan siang di kampus Universitas Alabama di Huntsville. Ia adalah administrator asosiasi Human Exploration Directorate NASA. Gerst bergabung dengan NASA pada tahun 1977. Dan saat ini, Gerst merupakan pembicara untuk misi manusia ke Mars oleh NASA.
Ada tiga alasan besar NASA tidak bisa mengirim manusia ke Mars untuk waktu dekat ini: anggaran terbatas, masalah politik, serta besarnya skala program misi ke Mars ini. Sejauh ini, program eksplorasi manusia paling berani NASA adalah pada tahun 1961, ketika Presiden John F. Kennedy menyatakan Amerika akan mendaratkan manusia di Bulan saat itu.
Program sembilan tahun itu sukses, tapi itu didukung oleh politik yang kuat dan lebih dari didukung dengan dua kali lipat anggaran yang NASA terima dewasa ini. Anggaran NASA mencapai puncaknya pada tahun 1966, yakni sekitar US$ 43,5 miliar. Dibandingkan dengan saat ini, NASA hanya mendapat anggaran sekitar US$ 18 miliar. Tak banyak kemauan politik untuk pergi ke Mars, dan ada indikasi bahwa anggaran NASA akan menurun kembali secara signifikan.
Jadi, saat ini NASA memiliki kurang dari setengah anggaran untuk mengeksekusi program yang dua kali lebih ambisius dari misi pendaratan ke Bulan. Namun demikian, NASA lebih memikirkan aspek metodis. NASA akan membangun sendiri perangkat dan infrastruktur untuk misi ambisius ini.
Misi pendaratan manusia yang disebut NASA's Journey to Mars ini sebenarnya sudah digarap sejak tahun 2000, ketika manusia pertama dikirim untuk menjalankan misi di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Di ISS, di orbit rendah Bumi, NASA sedang menguji teknologi yang akan digunakan pada misi Mars di masa depan.
Salah satu kemajuan teknologi tersebut adalah mesin cetak 3D, yang memungkinkan astronot bisa mencetak apapun untuk memudahkan misi. "Kami sedang merancang mesin cetak 3D dengan skala besar untuk dapat mencetak hal-hal seperti struktur habitat kecil, perisai radiasi, tempat penampungan serta landasan pendaratan," kata Niki Werkeiser, manajer proyek mesin cetak 3D untuk ISS.
Selain menguji teknologi, NASA juga mengirim astronot Amerika Scott Kelly dan kosmonot Rusia Mikhail Kornienko ke ISS pada awal 2015 untuk menghabiskan satu tahun penuh agar NASA dapat menghitung seperti apa efek jangka panjang yang mempengaruhi tubuh manusia di luar angkasa.
Konsep perjalanan ke Mars. Kredit: NASA |
Nantinya dari Kennedy Space Center, para astronot Mars akan menaiki kapsul Orion dan meluncur ke Distance Retrograde Orbit (DRO) di dekat Bulan (seperti pada konsep di atas). Para astronot akan masuk ke dermaga dan berpindah ke modul habitat sementara sebelum akhirnya berangkat ke Mars.
Para astronot Mars ini akan menghabiskan waktu sedikitnya 5 bulan untuk sampai di Mars. Sesampainya di orbit Mars, mereka akan mendarat lebih dulu di Phobos, satelit alami terbesar milik Planet Merah. Setelah itu, seluruh astronot akan terjun ke permukaan Mars. Persis seperti ketika astronot ISS pulang ke Bumi setelah menjalani misi 6 bulan.
NASA memperkirakan 15 sampai 20 ton perlengkapan akan diangkut ke Mars untuk ekspedisi manusia pertama. Perlengkapan tersebut termasuk makanan, air, udara, habitat, perkakas, dan kendaraan.
Setelah tiba di permukaan Mars, seluruh astronot bakal menghabiskan sampai satu tahun pertama untuk menjelajahi Mars. Mereka akan kembali ke orbit Mars dan pulang ke Bumi saat misi telah selesai. Habitat transit mereka akan kembali ditempatkan di DRO ketika mereka sudah sampai kembali di orbit Bulan.
Semoga berhasil, NASA.