 |
| Ilustrasi. Kredit: Shutterstock |
Kesimpulan ini didasarkan pada penilaian dari data yang dikumpulkan oleh Teleskop Antariksa Hubble milik NASA dan katalog planet dari Teleskop Antariksa Kepler. Studi untuk teori ini sudah diterbitkan pada Monthly Notices of the Royal Astronomical Society pada 20 Oktober 2015.
Penulis utama studi, Peter Behroozi dari Space Telescope Science Institute (STScI) mengatakan, "Dibandingkan dengan planet-planet yang telah terbentuk di alam semesta, Bumi merupakan planet-planet pertama yang terbentuk lebih dulu."
Data dari Teleskop Antariksa Kepler menunjukkan bahwa pembentukan bintang di alam semesta berada pada tingkat yang cepat 10 miliar tahun yang lalu, namun fraksi hidrogen dan gas helium di alam semesta membuat tingkat pembentukan bintang menurun.
Saat ini, 13,8 miliar tahun setelah Big Bang, pembentukan bintang yang terjadi di alam semesta telah berada pada tingkat yang jauh lebih lambat, tapi ada begitu banyak gas yang tersisa untuk alam semesta membentuk bintang dan planet-planet baru.
Sementara itu, survei dari Teleskop Antariksa Kepler menunjukkan bahwa planet seukuran Bumi di zona laik huni (zona di mana planet mampu menjaga air dalam bentuk cair di permukaannya) dari bintang induknya ternyata sangat banyak di galaksi kita, Bima Sakti.
Masih berdasarkan survei Kepler, para ilmuwan NASA memperkirakan ada kurang lebih 1 miliar planet luar surya seukuran Bumi di galaksi Bima Sakti saat ini, sebagian besar dari planet-planet tersebut juga diduga planet batuan.
Sebuah keuntungan besar bagi peradaban kita karena muncul di awal evolusi alam semesta dan kita juga mampu menggunakan teleskop yang kuat seperti Hubble serta Kepler untuk melacak garis keturunan peradaban di alam semesta melalui evolusi awal galaksi.
Kesimpulannya, menurut teori baru ini, kita belum menemukan 'orang lain' di alam semesta karena mereka belum lahir, atau bahkan bintang induk dan planet mereka belum tercipta karena pembentukan bintang yang melambat.