Ilustrasi Bumi ketika solstis Desember. Kredit: Wikimedia Commons |
Manusia-manusia awal di Bumi telah lebih dulu mengetahui tentang gerak Matahari di langit, panjang siang hari, serta lokasi Matahari terbit dan terbenam yang bergeser secara periodik sepanjang tahun. Buktinya, mereka membangun monumen seperti Stonehenge di Inggris atau Machu Picchu di Peru. untuk mengikuti kemajuan tahunan Matahari.
Karena Bumi tidak mengorbit tegak lurus dalam bintang Tata Surya, tetapi miring pada porosnya sekitar 23,5 derajat, Bumi memiliki musim. Kemiringan Bumi adalah yang yang menyebabkan adanya musim dingin dan musim panas, bukan jarak Bumi-Matahari. Pada titik balik matahari Desember, belahan Bumi Selatan akan lebih condong ke arah Matahari, mereka akan mengalami musim panas, begitu sebaliknya di belahan Bumi Utara.
Pada titik balik Matahari Desember, Bumi akan miring 23,5 derajat ke Selatan, sehingga Matahari akan bersinar tepat di garis imajiner yang dikenal sebagai Tropic of Capricorn. Hal ini membuat belahan Bumi Utara mengalami musim dingin (salju) dan belahan Selatan mengalami musim panas.
Titik balik Matahari Desember juga membuat wilayah Kutub Utara tidak akan menerima sinar Matahari hingga 3 bulan ke depan, dan wilayah Kutub Selatan akan menerima sinar Matahari setiap hari selama 24 jam hingga 3 bulan ke depan saat Ekuinoks Maret.
Apa dampaknya bagi Indonesia? Tidak terlalu signifikan. Ini karena Indonesia berada di wilayah ekuator atau khatulistiwa. Indonesia hanya akan mengalami musim hujan yang bisa terjadi setiap hari. Selamat memasuki musim hujan!
Solstis Desember 2015 akan terjadi pada pukul 11:42 WIB pada tanggal 22 Desember 2015.