Gugus galaksi MACS J0416.1-2403 dan galaksi awal di alam semesta. Kredit: NASA, ESA |
Penemuan galaksi yang jauh ini dimungkinkan dengan sebuah metode yang disebut lensa gravitasi. Ketika cahaya dari galaksi yang jauh 'berada di belakang' obyek lebih dekat yang sangat padat (dalam hal ini, sekelompok atau gugus galaksi), cahayanya akan terbengkokkan dan membesar, yang memungkinkan kita di Bumi untuk melihatnya tanpa instrumen tambahan.
Lensa gravitasi dalam kasus ini 'dibantu' oleh gugus galaksi MACS 0416.1-2403, yang berjarak kurang lebih 4 miliar tahun cahaya dari Bima Sakti serta memiliki massa setara dengan satu juta miliar kali massa Matahari. Pembesaran dari lensa gravitasi ini begitu kuat sehingga cahaya dari galaksi yang jauh tadi terlihat 20 kali lebih terang.
Galaksi yang terbentuk di masa awal alam semesta ini dijuluki Tayna, namanya diambil dari bahasa penduduk asli di Andes. Para astronom percaya bahwa Tayna merupakan perwakilan dari kelas galaksi kerdil dan samar yang terbentuk beberapa juta tahun setelah Big Bang, dan yang sejauh ini luput dari observasi para astronom.
"Berkat deteksi ini, tim telah mampu belajar untuk pertama kalinya sifat-sifat obyek yang sangat samar yang terbentuk tidak lama setelah Big Bang," kata pemimpin penulis studi, Leopoldo Infante dalam sebuah pernyataan seperti dilansir dari IFLScience.com.
Penelitian terhadap galaksi ini telah diterbitkan dalam Astrophysical Journal, dan merupakan bagian dari program Frontier Fields, yang bertujuan untuk memanfaatkan lensa gravitasi untuk melihat obyek-obyek lebih jauh di alam semesta awal.
Pengamatan baru ini memberikan para ilmuwan sebuah wawasan segar tentang pembentukan galaksi di alam semesta awal. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa sejumlah besar galaksi kecil sudah terbentuk 400 juta tahun setelah Big Bang.