Ilustrasi satelit LAPAN-A3 milik Indonesia. Kredit: LAPAN |
"Saat ini masuk uji terakhir untuk finalisasi dari fungsi satelit itu sendiri, ada (uji) fungsi getar, ada (uji) frekuensi radio," kata Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin saat membuka lokakarya UK Satellite and Surveillance Capabilities in Broader Maritime Applications in Indonesia di Jakarta, pada awal Maret lalu.
Kepastian kesiapan peluncuran satelit mikro yang dikembangkan LAPAN bersama Institut Pertanian Bogor (IPB) ini, menurut beliau, akan diputuskan pada April 2016.
Satelit yang diperkirakan menghabiskan dana Rp 55 miliar ini, lanjutnya, akan kembali diluncurkan dengan menumpang roket milik India. Namun, satelit yang dilengkapi sensor Automatic Identification System (AIS) untuk pemantauan kapal-kapal penangkap ikan ini akan diluncurkan dengan orbit polar dengan inklinasi 98 derajat.
Satelit LAPAN-A3 rencananya akan mengorbit di ketinggian 650 kilometer di atas permukaan Bumi, menurut Thomas, dirancang untuk memantau lahan pertanian. Satelit ini akan bisa memantau pertumbuhan padi, daerah siap tanam dan panen, hingga pemantauan penggunaan atau kebutuhan pupuk.
Sebelumnya, Thomas mengatakan bahwa LAPAN melakukan pengembangan teknologi satelit secara bertahap dengan mengembangkan satelit-satelit mikro yang merupakan satelit eksperimen sampai akhirnya mampu membuat Satelit Nasional.
LAPAN bekerja sama dengan BMKG akan membuat satelit LAPAN-A4 yang dikembangkan untuk fungsi pemantauan meteorologi. Selain itu akan dikembangkan juga satelit LAPAN-A5 yang rencananya dikembangkan untuk kepentingan pertahanan.
Sementara itu, satelit LAPAN-A2 yang diluncurkan pada 28 September 2015, menurut Thomas, berfungsi baik dan telah mengirimkan banyak data dan citra satelit ke stasiun kontrol di Bumi. Salah satunya menghasilkan citra satelit dari jalan sepanjang sepuluh meter di daerah perbatasan.
Maju terus antariksa nasional!