Aurora di langit Islandia, 7 April 2016. Kredit: Sigurdur William Brynjarsson |
Aurora pada foto di atas dipotret di daerah bernama Reykjanes, Islandia oleh astrofotografer Sigurdur William Brynjarsson pada 7 April 2016. "Saya sangat sering memotret aurora di negara asal saya ini, dan foto ini mungkin merupakan yang terbaik. Saya tak akan melupakan malam ini," kata Brynjarsson seperti dikutip dari Spaceweather.com.
Peristiwa aurora terjadi karena tumbukan atom-atom yang mengenai partikel-partikel yang memiliki muatan, terutama elektron dan proton yang berasal dari Matahari. Partikel-partikel ini, kemudian terlempar dengan kecepatan tinggi yang lebih dari 2000 km per detik, kemudian membentur magnetosfer Bumi dan dialihkan ke kedua kutub Bumi.
Karena yang berperan adalah medan magnet, maka dari itu aurora hanya muncul di kutub Utara dan kutub Selatan Bumi. Sedangkan Indonesia, seperti yang kita ketahui bersama, berada di ekuator atau khatulistiwa, sehingga menyebabkan aurora tidak akan muncul di langit malam Bumi Pertiwi.
Proses terjadinya aurora menimbulkan cahaya berwarna yang merupakan hasil dari partikel dan atom berbeda yang mengalami benturan. Aurora ungu adalah tanda partikel bermuatan dari Matahari membentur atom nitrogen, ungu berasal dari ion molekul nitrogen pada ketinggian yang sangat tinggi. Sementara atom oksigen menghasilkan cahaya warna hijau.
Untuk beberapa alasan, ketinggian atom nitrogen atau oksigen menyebabkan aurora muncul dalam warna yang cenderung ungu dan hijau secara berbarengan.