Bola disko besar yang diluncurkan NASA ke luar angkasa 40 tahun lalu. Kredit: NASA |
Satelit LAGEOS, singkatan Laser Geodynamics Satelite, diluncurkan dari Vandenberg Air Force Base di California, Amerika Serikat pada tahun 1976. Satelit ini mampu mengeksplorasi dan mengumpulkan data tentang Bumi dari luar angkasa menggunakan teknologi yang relatif sederhana.
Satelit seberat 408 kg tersebut tidak memiliki sensor pesawat, sensor elektronik atau bagian yang bergerak. Satelit ini hanya inti kuningan yang dikelilingi oleh cangkang bola aluminium yang ditempelkan 426 retroreflector, sebuah pemantul cahaya bak bola disko sungguhan.
Retroreflector dapat memantulkan cahaya yang membuat LAGEOS dapat digunakan sebagai pemantul laser untuk melakukan pengukuran. Dengan mengarahkan cahaya laser ke LAGEOS dan mengukur berapa banyak waktu yang dibutuhkan cahaya yang memantul dari retrorelfector dan kembali ke Bumi, para ilmuwan NASA bisa melakukan pengukuran dengan presisi seberapa jauh LAGEOS berada.
"Pada saat itu, orang-orang tidak percaya bahwa kita benar-benar bisa mengirimkan dan mengukur berapa ketinggian satelit dengan akurasi tinggi," kata Erricos Pavlis, seorang peneliti dari University of Maryland, Baltimore, AS.
Selama 40 tahun terakhir, NASA telah menggunakan LAGEOS untuk mengukur pergerakan lempeng tektonik bumi, mendeteksi penyimpangan dalam rotasi planet, menimbang massa Bumi dan melacak pergeseran kecil di pusat massa melalui perubahan kecil dalam orbit satelit dan jarak dari Bumi.
Hingga saat artikel ini ditulis, LAGEOS masih aktif dan digunakan NASA untuk keperluan sains.