Ilustrasi. Kredit: Lynette Cook |
Tim astronom tersebut menggunakan data dari Teleskop Antariksa Kepler milik NASA untuk mengidentifikasi planet ekstrasurya yang baru ditemukan ini, yang bernama Kepler-1647b. Penemuan itu telah diumumkan hari ini (14/6) di San Diego, pada pertemuan American Astronomical Society.
Planet yang mengorbit dua bintang disebut planet sirkumbiner, atau kadang-kadang disebut planet "Tatooine", planet asal Luke Skywalker dalam film "Star Wars." Menggunakan teleskop Kepler, para astronom berhasil menemukan kerlipan kecil dalam cahaya bintang induknya yang mengisyaratkan adanya sebuah planet yang sedang transit.
"Menemukan planet sirkumbiner jauh lebih sulit daripada menemukan planet yang mengorbit sistem bintang tunggal," kata astronom William Welsh, salah satu penulis makalah penelitian ini. "Planet sirkumbiner kadang memiliki durasi transit yang tidak teratur dan bervariasi."
Setelah kandidat planet ditemukan, para astronom selanjutnya menggunakan program komputer canggih untuk menentukan apakah itu benar-benar sebuah planet atau bukan. Ini bisa menjadi sebuah pekerjaan yang melelahkan.
Perkiraan ukuran Kepler-1647b dibandingkan dengan planet-planet seukuran Jupiter lainnya. Kredit: Lynette Cook |
Planet Kepler-1647b ini juga diketahui memiliki massa dan radius yang hampir identik dengan planet Jupiter, sehingga ia merupakan planet sirkumbiner terbesar yang pernah ditemukan.
Selain usia, massa dan radius, para astronom juga berhasil mengetahui bahwa planet Kepler-1647b butuh waktu sekitar 1.107 hari (lebih dari 3 tahun) untuk satu kali mengorbit atau berevolusi terhadap bintang induknya, sebuah periode orbit terpanjang dari senarai planet ekstrasurya yang telah ditemukan sejauh ini.
Planet ini juga memiliki jarak dari bintang induknya yang lebih jauh dibandingkan planet-planet sirkumbiner lainnya. Dan menariknya, orbitnya menempatkan ia dalam zona laik huni. Namun seperti Jupiter, sayangnya Kepler-1647b adalah planet raksasa gas, membuat planet ini tidak mungkin untuk menjadi tuan rumah kehidupan.
Referensi: Astrophysical Journal