Akses artikel Premium dengan Astronomi+, mulai berlangganan.

Saran pencarian

Para Astronom Ciptakan Algoritma Baru untuk Mecitrakan Lubang Hitam

Sebuah tim yang dipimpin oleh ilmuwan dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) telah berhasil mengembangkan algoritma baru yang bernama CHIRP (Continuous High-resolution Image Reconstruction using Patch priors) yang dapat membantu para astrofisikawan mendapatkan citra pertaa dari sebuah lubang hitam.
Ilustrasi lubang hitam paling realistis. Kredit: Warner Bros
Info Astronomy - Sebuah tim yang dipimpin oleh ilmuwan dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) telah berhasil mengembangkan algoritma baru yang bernama CHIRP (Continuous High-resolution Image Reconstruction using Patch priors) yang dapat membantu para astrofisikawan mendapatkan citra pertama dari sebuah lubang hitam.

CHIRP akan digabungkan bersama data yang dikumpulkan dari Event Horizon Telescope (EHT), sebuah teleskop radio yang tersebar di seluruh dunia dan terhubung menggunakan teknik yang dikenal sebagai Very Long Baseline Interferometry.

"EHT menggunakan teknik yang disebut interferometri, yang menggabungkan sinyal-sinyal yang nantinya terdeteksi oleh teleskop-teleskop radio yang tersebar di seluruh dunia, sehingga sinyal akan saling mengganggu satu sama lain," tutur mahasiswa MIT, Katherine Bouman, yang memimpin pengembangan CHIRP.

"Biasanya, sinyal dari luar angkasa akan mencapai dua teleskop radio pada waktu yang sedikit berbeda. Penghitungan dari perbedaan ini nantinya cukup penting untuk mengekstrak informasi visual dari sinyal, tetapi atmosfer Bumi juga dapat memperlambat teleskop menerima gelombang radio, membuat perbedaan waktu menjadi lebih besar."

Target utama dari EHT adalah Sagittarius A* (baca: Sagittarium A-star), sebuah lubang hitam di pusat galaksi Bima Sakti kita. Meskipun lubang hitam tersebut telah diketahui 4 juta kali lebih masif dari Matahari, namun lubang hitam tersebut masih termasuk lubang hitam kecil untuk skala kosmik dan di mata para astronom.

Karena Sagitarius A* berjarak hampir 26.000 tahun cahaya jauhnya dari Bumi, mempelajari dan mencitrakan cakrawala peristiwa (event horizon) dari lubang hita tersebut secara rinci dari Bumi adalah sama halnya dengan berdiri di Jakarta untuk membaca tanggal yang tertera pada koin uang 500 Rupiah yang dipegang teman Anda di Maluku.

"Sebuah lubang hitam sangat, sangat jauh dan sangat padat. Mengambil citra dari lubang hitam yang berada di pusat galaksi Bima Sakti adalah setara dengan mengambil citra sebuah jeruk di Bulan, tetapi dengan teleskop optik biasa," kata Bouman.

"Untuk mengambil citra sesuatu yang kecil dan jauh, berarti kita membutuhkan teleskop radio dengan diameter 11.000 km. Namun hal tersebut tidak praktis karena diameter Bumi saja bahkan tidak sampai 13.000 km."

Saat ini, enam observatorium telah mendaftar untuk bergabung dengan proyek EHT. Data-data yang dikumpulkan dari teleskop-teleskop radio milik observatoriu yang mendaftar proyek EHT nantinya bakal digabungkan dengan algoritma CHIRP.

Bouman dan rekan-rekannya akan menjelaskan CHIRP secara rinci di Computer Vision and Pattern Recognition Conference pada 27 Juni 2016.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com

Posting Komentar

Kami sangat senang menerima komentar dari Anda. Sistem kami memoderasi komentar yang Anda kirim, jadi mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk komentar Anda muncul di sini. Komentar dengan link/url akan otomatis dihapus untuk keamanan. Berkomentarlah dengan sopan dan santun.