Wujud satelit LAPAN-A3 buatan dan milik Indonesia. Kredit: LAPAN |
LAPAN-A3 merupakan satelit yang memiliki bobot 115 kilogram. Satelit ini membawa misi penginderaan jauh eksperimental untuk memantau sumberdaya pangan. Dengan kemampuannya, LAPAN-A3 akan mampu mengidentifikasi tutupan dan penggunaan lahan serta pemantauan lingkungan.
Satelit ini juga mengemban misi pemantauan kapal laut. Muatan pengindera satelit LAPAN-A3 yang berupa 4 bands multispectral imager beresolusi 18 meter dengan swath 100 kilomener, adalah gagasan dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Muatan inilah yang akan dimanfaatkan untuk memantau tanaman pangan.
Sebelumnya, LAPAN telah berhasil membangun dua satelit yaitu LAPAN-A1 dan LAPAN-A2. Satelit LAPAN-A1 telah diluncurkan pada Januari 2007 sementara itu LAPAN-A2 diluncurkan pada September 2015. Keduanya beroperasi dengan baik hingga saat ini.
LAPAN juga telah memaparkan hasil operasi LAPAN-A2 selama delapan bulan mengorbit Bumi. Satelit berbobot 74 kilogram tersebut memiliki misi fotografi untuk pemantauan permukaan Bumi, pemantauan kapal laut melalui Automatic Identification System (AIS), dan komunikasi amatir.
Selama mengorbit, satelit LAPAN-A2 telah berhasil memberikan potret berbagai daerah dan menghasilkan berbagai data. Saat ini, data AIS sedang dipersiapkan untuk dapat digunakan oleh kementerian atau lembaga terkait.
Program pengembangan satelit ini membuktikan kemampuan sumber daya manusia Indonesia, khusunya LAPAN, dalam merancang bangun satelit sekelas 100 kilogram. Selain itu, program ini juga membuktikan bahwa LAPAN mulai melayani kebutuhan teknologi satelit nasional.
Pengembangan satelit ini juga merupakan upaya mewujudkan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian. Teknologi satelit akan mendukung akurasi data dalam perencanaan masa tanam lahan persawahan yang akan berimplikasi langsung pada peningkatan ketahanan pangan. Hal ini tentunya akan membantu pemerintah dalam menentukan berbagai kebijakan terkait pangan, misalnya terkait impor beras.