Bulan. Kredit: InfoAstronomy.org |
Memang, ada banyak bukti yang sangat mendukung gagasan bahwa Bulan terbentuk dari peristiwa Tumbukan Besar. Tapi sekarang, para astronom telah mengembangkan sebuah hipotesis alternatif, yang menunjukkan bahwa Bumi dan Bulan terbentuk dari material cair yang sama.
Hipotesis baru, yang diajukan oleh sekelompok astronom dari Universitas California, ternyata juga dapat membantu menjelaskan mengapa Bumi dan Bulan memiliki komposisi kimia yang sangat mirip.
Hipotesis baru ini tidak berlawanan dengan hipotesis Tumbukan Raksasa, tapi justru menunjukkan bahwa tabrakan itu jauh lebih besar daripada yang diperkirakan sebelumnya, menghancurkan sebagian besar Bumi yang masih berusia muda kala itu bersama dengan Theia, planet hipotesis seukuran Mars tersebut.
Ketika Tabrakan Raksasa terjadi, sebagian besar materi tabrakan tersebut diperkirakan cenderung jatuh kembali ke Bumi berangusur-angsur hingga planet kita mendingin. Sementara Bulan bukanlah sisa-sisa dari Theia, melainkan terbentuk dari material yang sama dengan Bumi.
Dua Planet yang Bergabung
Sebelumnya, hipotesis Tumbukan Besar menduga bahwa Theia menabrak Bumi, menghasilkan sebuah potongan. Potongan itu, menurut hipotesis tersebut, menjadi Bulan. Theia kemudian melanjutkan perjalanannya.Namun, penelitian baru yang diterbitkan dalam jurnal Science ini menunjukkan bahwa ketika Theia bertabrakan dengan Bumi, ia menyatu dengan Bumi alih-alih meneruskan perjalanannya di alam semesta. Itu berarti bahwa Theia masih di sini, di bawah kaki kita. Menjadi bagian dari Bumi.
Penelitian ini difokuskan pada pembandingan batuan Bulan dengan materi Bumi. Temuan mengarahkan tim peneliti pada kesimpulan bahwa Bumi dan Bulan sangat mirip karena Bulan diciptakan pada saat yang sama dengan Theia yang menabrak dan bergabung dengan Bumi.
Richard Young, kepala peneliti dan profesor geokimia dan astrokimia, mengatakan bahwa setelah bertumbukan, "Theia bercampur sepenuhnya dengan Bumi dan Bulan, dan merata di antara mereka."
Sifat identik Bulan dan material Bumi telah lama membingungkan para ilmuwan dalam memahami hubungan antara dua objek alam semesta ini. Namun dengan hipotesis alternatif ini, setidaknya kita menjadi punya sedikit gambaran tentang bagaimana benda bulat berwarna abu-abu yang sering kita lihat di langit itu terbentuk.