Sunset dipotret dari luar angkasa. Kredit: NASA/Terry Virts |
Sejak 27 abad yang lalu, rata-rata hari di Bumi melambat pada tingkat sekitar 1,8 milidetik per abad. "Perlambatan hari di Bumi ini memang adalah proses yang sangat lambat," kata peneliti utama riset ini, Leslie Morrison, seorang pensiunan astronom di Royal Greenwich Observatory, seperti dilansir dari AFP.
Pada studi ini, Morrison dan timnya menggunakan teori gravitasi tentang pergerakan Bumi mengelilingi Matahari, dan Bulan mengelilingi Bumi, untuk menghitung waktu gerhana Bulan dan Matahari dari waktu ke waktu.
Mereka kemudian menghitung dan mencari tahun di mana gerhana Bulan maupun Matahari ini akan terlihat di Bumi, lalu membandingkan hasilnya dengan catatan pengamatan gerhana Bulan dan Matahari yang dilakukan oleh Bangsa Babilonia, Cina, Yunani, Arab dan Eropa kuno abad pertengahan.
Morrison dan timnya menemukan perbedaan antara di mana gerhana Bulan dan Matahari seharusnya teramati, dengan di mana gerhana Bulan dan Matahari tersebut sebenarnya teramati. "Perbedaan ini mengisyaratkan bahwa rotasi Bumi telah bervariasi sejak 720 SM, ketika peradaban kuno mulai menyimpan catatan gerhana," kata Morrison, dilansir dari Phys.org.
Selain dengan memperhitungkan gerhana, faktor-faktor lain yang mempengaruhi melambatnya rotasi Bumi adalah termasuk efek menjauhnya Bulan 3,8 cm per tahun, menyusutnya es di kutub sejak Zaman Es terakhir, interaksi elektromagnetik antara mantel dan inti Bumi, serta perubahan permukaan laut.
Melambatnya orbit Bumi adalah alasan kita agar harus menyesuaikan jam presisi tinggi setiap beberapa tahun untuk memastikan jam yang kita miliki tetap sinkron dengan rotasi planet kita.