Galaksi Bimasakti di atas teleskop radio ALMA, Cile. Kredit: A. Duro/ESO |
Sebenarnya, ada beberapa petunjuk yang bisa membuat kita tahu dengan mudah bentuk galaksi kita, tanpa harus merakit pesawat luar angkasa dengan biaya besar untuk meluncur ke luar galaksi dalam rangka sekadar mengetahui bentuknya.
Pertama, kita cukup melihat ke arah pusat galaksi dengan mata kita. Pada bulan-bulan tertentu, galaksi Bimasakti membentang di langit, kita bisa melihat bentangan Bimasakti ini bagaikan pita awan dan debu panjang dan tipis.
Dalam morfologi galaksi, bentuk-bentuk galaksi utama di alam semesta dibedakan menjadi tiga; galaksi spiral, galaksi elips, dan galaksi tak beraturan (tak berbentuk).
Bentuk bentangan Bimasakti yang panjang dan tipis ini menunjukkan bahwa kita sedang melihat cakram Bimasakti dari tepiannya. Karena tidak ada bentuk elips yang kita lihat di langit malam, maka dari hal ini saja kita dapat menyatakan bahwa galaksi kita berbentuk spiral.
Bukti lainnya adalah, para astronom kini telah menemukan adanya tonjolan (bulge) di wilayah pusat galaksi Bimasakti. Pada galaksi-galaksi spiral lain yang berada di alam semesta, para astronom juga melihat adanya tonjolan ini. Maka dari itu, Bimasakti berarti memiliki bentuk yang sama dengan galaksi spiral lain dengan tonjolannya.
Kedua, ketika para astronom mengukur kecepatan bintang-bintang dan gas di galaksi kita, mereka menemui bahwa gerak rotasi keseluruhan bintang tersebut ternyata berbeda serta memiliki gerakan acak. Hal seperti ini merupakan salah satu karakteristik dari jenis galaksi spiral.
Ketiga, kita bisa mengetahui galaksi Bimasakti berbentuk spiral dari material yang dimilikinya. Fraksi gas, warna, dan material debu dari galaksi kita ternyata mirip seperti galaksi spiral lainnya di alam semesta, terutama galaksi spiral tetangga kita, Andromeda.
Jadi, secara keseluruhan, galaksi Bimasakti berbentuk spiral merupakan argumen yang cukup meyakinkan dengan beberapa bukti di atas. Walau begitu, sejauh ini kita masih belum memiliki citra Bimasakti secara utuh, sehingga yang ada hanyalah citra rekaan superkomputer dari hasil penelitian gerak bintang.
Sumber: Cornel University, Futurism, Quora.