Nebula. Kredit: Pexels.com |
Galaksi kita, juga galaksi-galaksi lain di alam semesta, memiliki banyak awan gas dan debu besar, yang sebagian besar terdiri dari hidrogen. Awan gas dan debu ini disebut sebagai "nebula." Jika nebula berevolusi menjadi cukup besar, maka gravitasinya bakal kesulitan mengatasi tekanan gas, dan nebula akan runtuh.
Saat runtuhnya sebuah nebula, gravitasi, suhu, dan tekanannya akan mengalami peningkatan hingga cukup untuk menaikkan suhu sampai bisa melakukan fusi hidrogen. Setelah fusi dimulai, energi yang dilepaskan akan menghentikan kontraksi, menyisakan bola pijar yang sebagian besar terdiri dari hidrogen dan aktif melakukan fusi nuklir di intinya: sebuah bintang.
Bagaimana Bintang Terbakar Tanpa Oksigen?
Ruang angkasa merupakan ruang hampa udara, kita jelas berpikir bahwa tidak ada oksigen di sana seperti halnya oksigen di Bumi. Dan seperti yang kita tahu pula, api tidak bisa menyala tanpa oksigen. Lalu mengapa bintang bisa menyala?Proses "pembakaran" sebuah bintang jauh berbeda dengan proses pembakaran api di Bumi. Istilah "bakar" juga sepertinya keliru bila digunakan untuk berbicara tentang bintang. Karena yang terjadi pada bintang sebenarnya bukan proses membakar dengan api, melainkan mengubah elemen ringan menjadi elemen yang lebih berat.
Bintang tidak membutuhkan oksigen untuk dapat menghasilkan panas, sehingga bintang sebenarnya tidak terbakar. Panas yang dihasilkan oleh bintang berasal dari reaksi fusi. Reaksi fusi adalah proses penggabungan dua atom hidrogen menjadi sebuah atom helium.
Jadi, sebuah bintang bisa "membakar" hidrogen menjadi helium tanpa perlu oksigen. Bahkan pada sebuah bintang, tidak adanya oksigen tetap tidak akan mencegah pembakaran nuklir terjadi di intinya.
Referensi: http://curious.astro.cornell.edu