Titan. Kredit: NASA/JPL-Caltech |
Menurut studi baru yang dilakukan sekelompok astronom di Universitas Maryland (UMD), lebih dari 2,4 miliar tahun yang lalu Bumi memiliki kabut yang kaya akan metana seperti Titan. Kabut tersebut juga diketahui bertahan di atmosfer Bumi selama satu juta tahun. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bukti kabut ini, tapi sekarang para astronom telah memiliki gambaran yang lebih jelas tentang apa yang terjadi.
Menggunakan catatan penelitian terkait unsur kimia dan model atmosfer yang cukup rinci, tim astronom ini berhasil merekonstruksi unsur kimia pada atmosfer Bumi segera sebelum Peristiwa Oksigenasi Besar. Secara khusus, tim astronom ini melihat adanya pola anomali isotop sulfur pada saat itu, yang berperan dalam menciptakan kondisi atmosfer Bumi masa lalu.
Metana sendiri datang dari satu-satunya kehidupan di Bumi pada saat itu, yakni bakteri yang memenuhi kabut yang mirip dengan apa yang saat ini kita amati di Titan. Dari penelitian ini, diketahui bahwa Bumi pernah memiliki atmosfer yang begitu tebal sehingga bila kita bisa ke masa lalu kita tidak akan bisa melihat permukaan Bumi dari orbitnya pada masa itu.
Bertahannya kabut metana di atmosfer Bumi purba selama satu juta tahun sudah cukup untuk mengusir sejumlah besar hidrogen di atmosfer Bumi, serta membuat oksigen menjadi lebih banyak. Selama Peristiwa Oksigenasi Besar, konsentrasi oksigen di atmosfer Bumi meningkat sekitar 10.000 kali. Hal ini pada akhirnya memungkinkan kehidupan di planet kita untuk berkembang.
"Transformasi udara Bumi dari campuran beracun ke yang lebih ramah bagi kehidupan seperti terjadi dalam sekejap dalam skala kosmik," kata James Farquhar, seorang ilmuwan di UMD. "Dengan studi ini, kita akhirnya memiliki gambaran lengkap tentang bagaimana kabut metana di Bumi purba membuat Bumi menjadi laik huni."
Dengan penelitian ini, prospek Titan sebagai dunia laik huni terbuka lebar. Bisa jadi, Titan yang saat ini atmosfernya masih beracun akan bertransformasi pula seiring waktu menjadi lebih ramah bagi kehidupan seperti Bumi di masa kini.
Sumber: National Academy of Sciences, University of Maryland.