Bentangan Bimasakti di atas Gurun Sahara dipotret dari ISS. Kredit: Reid Wiseman, NASA |
Ketika sedang fase Bulan Purnama, kita di permukaan Bumi tidak akan melihat banyak bintang di langit dibandingkan saat malam hari tanpa Bulan. Anda akan melihat perbedaannya; bintang-bintang menjadi sangat samar atau redup saat ada cahaya Bulan, dan sebaliknya saat malam hari tanpa Bulan.
Beberapa gambar yang diambil astronot saat berada di luar angkasa acap kali menampilkan langit yang hitam dan seolah kosong dari bintang, hal ini membuat sebagian dari kita berpersepsi bahwa astronot itu telah berbohong, mereka tidak di luar angkasa, tetapi di studio lengkap dengan teknologi CGI.
Memang nyatanya lebih mudah menganggap orang lain hanya berbohong daripada harus melakukan riset kecil untuk mencari tahu mengapa hal tersebut terjadi. Mengapa tidak ada bintang pada foto astronot itu padahal seharusnya di luar angkasa kita lebih mudah melihat bintang-bintang?
Astronot Kanada melakukan 'spacewalk' di luar angkasa. Kredit: CSA |
Bila di permukaan Bumi kita akan menemui Bulan yang bisa membuat bintang-bintang meredup, di luar angkasa (atau tepatnya di orbit rendah Bumi tempat Stasiun Luar Angkasa Internasional mengorbit), Bumi lah yang menjadi sumber polusi cahaya tersebut.
Bumi kita sama dengan Bulan, yakni sama-sama diterangi Matahari. Dari dalam Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), kita akan melihat Bumi yang ribuan kali lebih terang daripada bintang-bintang di sekitarnya. Akibatnya, Bumi memancarkan polusi cahaya yang sangat berlebihan.
Lalu, apakah para astronot bisa melihat bentangan galaksi Bimasakti?
Anda mungkin berpikir bahwa, karena tak ada atmosfer di luar angkasa, pemandangan langit para astronot akan sangat berbeda dari apa yang kita lihat di Bumi. Namun, menurut astronot Clayton C. Anderson, yang pernah menjalani misi di ISS selama 152 hari pada tahun 2007, langit di orbit Bumi tidak benar-benar berbeda dengan langit yang diamati dari permukaan Bumi.
Anderson menyatakan, "Langit yang astronot amati di orbit Bumi ternyata sama saja seperti halnya langit yang Anda amati di permukaan Bumi. Namun karena tak ada atmosfer dan polusi udara, kami melihat lebih banyak bintang."
Foto astronot atau foto luar angkasa yang tidak menampakan bintang di latar langitnya bukan berarti foto palsu. Perlu diketahui bahwa lensa kamera tidak memiliki sensitivitas yang luar biasa daripada mata kita. Walaupun tak ada atmosfer di luar sana, namun cahaya dari bintang-bintang masih sama redupnya dengan cahaya bintang yang kita amati dari Bumi dalam pandangan kamera.
Pantulan cahaya yang berasal dari terangnya Bumi karena tersinari Matahari ditambah juga silau ISS yang terkena cahaya Matahari akan membuat objek seperti bintang-bintang di sekelilingnya tidak terlihat.
Tapi, bukan berarti redupnya bintang-bintang ini tidak bisa dipotret. Sama seperti kita saat memotret bintang-bintang dan Bimasakti dari permukaan Bumi, para astronot di orbit Bumi juga mengambil foto dengan pengaturan eksposur kamera yang panjang, yang akan membuat cahaya terang yang terpantul dari permukaan Bumi menjadi 'berkurang.'
Dengan pengaturan kamera bereksposur panjang, cahaya yang dihasilkan oleh bintang-bintang dan bentangan galaksi Bimasakti akan tampak lebih jelas. Untuk itu, saat para astronot melakukan pemotretan galaksi Bimasakti dari luar angkasa, shutter pada kamera harus dibiarkan terbuka agar mendapatkan cukup banyak foton tertangkap oleh kamera.
Jadi, pada intinya, baik di Bumi maupun di orbitnya, kita tetap bisa melihat bintang-bintang dan galaksi Bimasakti dengan mata kita. Namun saat mencoba untuk memotretnya, kamera harus diatur dulu sedemikian rupa agar cukup sensitif untuk menangkap cahaya bintang-bintang dan galaksi yang redup.
Simak cara memotret Bimasakti dengan kamera Anda di sini: InfoAstronomy.org/bimasakti
Sumber: Quora.com, Physlink.com, Curious.astro.cornell.edu, Futurism.com.