Bintik Dingin Besar di lintang tinggi Jupiter dalam pandangan inframerah. Kredit: NASA/IRTF |
Dijuluki sebagai "Great Cold Spot" atau "Bintik Dingin Besar", area ini didefinisikan sebagai area yang memiliki suhu relatif lebih dingin terhadap atmosfer teratas planet Jupiter. Sekadar informasi, suhu di kisaran atmosfer teratas Jupiter diketahui mulai dari sekitar 426 derajat Celcius sampai 726 derajat Celcius.
Sementara itu, Bintik Dingin Besar ini memiliki suhu sekitar minus 73 derajat Celcius lebih dingin. Bintik Dingin Besar ini memiliki tinggi sekitar 24.000 kilometer dan panjang sekitar 12.000 kilometer, atau sekitar dua kali diameter Bumi. Dengan kata lain, Bintik Dingin Besar ini hampir sama besar dengan Bintik Merah Raksasa.
Bintik raksasa baru ini sayangnya tidak terlihat dengan mata telanjang, namun bisa ditemukan menggunakan pencitraan di panjang gelombang inframerah. Pengamatan melalui InfraRed Telescope Facility (IRTF) NASA di Mauna Kea Observatorium di Hawaii menemukan bahwa Bintik Dingin Besar ini muncul sebagai daerah gelap di antara atmosfer sekitarnya.
Pengamatan Bintik Dingin Besar dengan IRTF dari tahun ke tahun. Kredit: NASA/IRTF |
Para astronom yang terlibat dalam penelitian ini berasumsi bahwa bintik dingin di Jupiter kemungkinan terkait erat dengan kemunculan aurora besar di area sekitar kutub Jupiter yang mendorong energi Matahari menuju ke atmosfer Jupiter sehingga memacu arus panas di planet terbesar se-Tata Surya tersebut.
Namun, hubungan ini belum sepenuhnya jelas. Masih butuh bukti-bukti tambahan untuk menjadikan asumsi tersebut dianggap sebagai fakta. Aurora di Jupiter sendiri merupakan fitur kompleks akibat perubahan angin surya yang membentur atmosfer Matahari, persis seperti pembentukan aurora di Bumi.
Menariknya, Bintik Dingin Besar ini hanya diam di area yang sama selama 15 tahun terakhir, sehingga mirip dengan badai abadi lainnya yang berada pada atmosfer sang planet raksasa gas.
Namun, Bintik Dingin Besar tampaknya lebih tidak stabil daripada Bintik Merah Besar, yang telah berlangsung selama 400 tahun terakhir. Secara dramatis, Bintik Dingin Besar dapat berubah bentuk dalam hanya beberapa hari atau minggu, ia bahkan bisa menghilang tetapi terus muncul kembali.
"Sangat mungkin bahwa bintink dingin ini merupakan sistem cuaca yang telah diregenerasi setiap waktu," tulis para astronom. "Kami tidak tahu berapa lama bintik dingin ini akan bertahan, tetapi mengingat lambatnya perubahan dalam medan magnet Jupiter, Bintik Dingin Besar mungkin telah ada selama ribuan tahun, dan akan ada hingga ribuan tahun ke depan pula."
Temuan ini cukup mengejutkan para astronom. Pengamatan lanjutan telah direncanakan untuk meneliti lebih jauh tentang bagaimana Bintik Dingin Besar ini terbentuk, baik dengan observatorium berbasis darat di Bumi, menggunakan Teleskop Antariksa Hubble di orbit Bumi, hingga menggunakan wahana antariksa Juno yang saat ini sedang mengorbit Jupiter.
Sumber: Phys.org, ScienceDaily.