Ilustrasi. Kredit: Wikimedia Commons |
Sebuah supernova sendiri sebenarnya merupakan peristiwa langka. Supernova adalah ledakan intens yang hanya terjadi ketika sebuah bintang raksasa mencapai tahap akhir dari usianya, yakni ketika ia telah kehabisan semua bahan bakar dan mengalami keruntuhan intinya.
Sementara supernova pada umumnya biasanya ditandai dengan peningkatan pesat dari kecerahannya lalu mengalami penurunan kecerahan yang tak kalah cepat juga, supernova langka yang baru ditemukan ini ternyata butuh waktu yang cukup lama untuk mencapai tingkat kecerahan maksimum, dan jauh lebih lama untuk memudar.
Tim astronom yang terdiri dari astronom asal Inggris, Polandia, Swedia, Irlandia Utara, Belanda, dan Jerman ini akhirnya secara khusus mempelajari supernova aneh tersebut, yang dikenal sebagai OGLE-2014-SN-13. Dari jenis ledakannya, supernova tersebut dianggap merupakan hasil dari ledakan bintang besar yang telah mengalami keruntuhan intinya.
Supernova OGLE-2014-SN-13 saat meledak (kiri) dan saat belum meledak (kanan). Kredit: Karamehmetoglu et al. |
“Kami juga percaya bahwa ada sangat sedikit hidrogen di sana. Karena jika hidrogen di sana melimpah, maka akan muncul lebih kuat daripada helium dalam spektrum. Ini semacam konfigurasi yang sangat langka, karena hidrogen adalah unsur yang paling berlimpah di alam semesta jauh, tapi ternyata tidak ada di supernova ini.”
Supernova tipe Ibn biasanya ditandai dengan peningkatan kecerahan secara mendadak lalu mengalami penurunan kecerahan dengan sangat cepat. Namun, ketika mengamati OGLE-2014-SN-131, yang ditemukan pada tanggal 11 November 2014 dengan menggunakan Optical Gravitational Lensing Experiment (OGLE) di Universitas Warsaw, Karamehmetoglu dan rekan-rekannya menyaksikan sesuatu yang sama sekali berbeda.
“OGLE-2014-SN-131 butuh waktu hampir 50 hari untuk mencapai puncak kecerahannya, dibandingkan dengan supernova sejenisnya yang hanya butuh 1 minggu,” kata Karamehmetoglu. “Kemudian, supernova yang kami temukan ini mengalami penurunan kecerahan yang relatif lambat juga. Ini membuatnya menjadi objek yang sangat unik.”
OGLE-2014-SN-131 kini diketahui terletak pada jarak sekitar 372 megaparsec (atau sekitar 1,18 sampai 1,2 miliar tahun cahaya) dari Bumi. Pengamatan lanjutan terhadap supernova ini telah dilakukan dengan pengamatan fotometri menggunakan teleskop OGLE di Las Campanas Observatory di Cile dan Gamma-Ray Burst Optical/Near-Infrared Detector (GROND) di La Silla Observatory.
Karamehmetoglu dan rekan-rekannya juga telah memperoleh data spektroskopi menggunakan ESO New Technology Telescope (NTT) di La Silla Observatory ditambah data dari Very Large Telescope (VLT) di Paranal Observatory.
Selain diketahui membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai puncak kecerlangan, data gabungan dari bebagai instrumen tadi juga menunjukkan bahwa supernova ini memiliki kurva cahaya yang luas. Untuk menjelaskan semua ini, tim mempertimbangkan sejumlah kemungkinan.
Hipotesa yang paling mungkin adalah, bila supernova ini butuh waktu lama agar menjadi sangat terang, maka ia memerlukan letusan yang lebih tinggi dan massa material yang lebih besar bila dibandingkan dengan supernova tipe Ibn pada umumnya. Oleh karena itu, tim astronom ini menyimpulkan bahwa bintang yang meledak pada supernova OGLE-2014-SN-13 adalah jenis bintang masif Wolf-Rayet.
Bintang Wolf-Rayet adalah bintang-bintang besar yang memiliki massa 20 kali massa Matahari kita yang dengan cepat kehilangan massanya melalui angin surya yang dihembuskannya dengan kecepatan sekitar 2.000 km per detik.
Biasanya, bintang-bintang tersebut kehilangan massa sekitar 10^-5 massa Matahari per tahun, yang berarti satu miliar kali lebih tinggi dari Matahari kita. Bintang Wolf-Rayet ini suhunya juga sangat panas. Suhu di permukaannya mencapai 29.700 hingga 200.000 derajat Celcius.
“Asal bintang pada supernova OGLE- 2014-SN-131 adalah kemungkinan sebuah bintang dengan massa lebih besar dari asal muasal bintang pada supernova tipe Ibn lainnya,” kata Karamehmetoglu dan rekan-rekannya pada jurnal penelitiannya.
Sumber: Phys.org, ArXiv.