Ilustrasi Mars dengan dua satelit alaminya, Fobos dan Deimos. Kredit: Anne's Astronomy News |
Namun, Japan Aerospace and Exploration Agency (JAXA) memiliki misi yang berbeda dari lembaga-lembaga antariksa yang disebutkan sebelumnya. Alih-alih menjelajahi Bulan atau Mars, mereka berencana untuk mengeksplorasi satelit-satelit alami milik Planet Merah.
Dikenal sebagai misi Martian Moons Exporation (MMX), Jepang melalui JAXA berencana meluncurkan sebuah wahana antariksa robotik ke Fobos dan Deimos, dua satelit alami yang dimiliki Mars, untuk menjelajahi permukaannya dan mengembalikan sampel permukaan tersebut ke Bumi untuk dianalisis.
Peluncuran wahana antariksa robotik tersebut rencananya bakal dilakukan pada tahun 2020-an, dan akan ditugaskan dengan dua tujuan utama. Yang pertama adalah membantu ilmuwan menentukan asal-usul Fobos dan Deimos, yang telah menjadi bahan perdebatan sejak lama.
Perdebatan tersebut terjadi karena beberapa ilmuwan percaya bahwa Fobos dan Deimos dulunya merupakan asteroid yang terperangkap oleh tarikan gravitasi Mars. Sementara beberapa ilmuwan lain berpendapat bahwa Fobos dan Deimos tercipta saat Mars ditumbuk benda angkasa lain yang menyebabkan fragmen-fragmen yang tersebar ke angkasa membentuk dua satelit alami kerdil tersebut.
"MMX akan mendarat di Fobos dan mengumpulkan sampel sekurang-kurangnya 10 gram. Analisis sampel yang dikembalikan ke Bumi akan membantu para ilmuwan mengetahui sifat asteroid yang menyebabkan terbentuknya Fobos," kata Dr. Masaki Fujimoto, seorang Team Manager misi MMX, dilansir UniverseToday.com.
Sementara itu, untuk penelitian Deimos, Dr. Fujimoto mengatakan bahwa pengamatan Deimos tidak akan terbatas pada pencitraan terbang lintas dekat saja, namun dikombinasikan dengan data permukaan yang akan diperoleh dari Fobos.
Tujuan kedua misi MMX ini adalah berfokus pada karakterisasi kondisi baik di dalam maupun di sekitar satelit-satelit alami milik Mars. Ini termasuk proses permukaan pada Fobos dan Deimos, sifat lingkungan di mana mereka mengorbit, dinamika atmosfer global, dan temporal atmosfer Mars, yaitu debu, awan, dan uap air.
Konfigurasi MMX. Kredit: JAXA/ISAS |
Karena itu, mempelajari satelit-satelit alami milik Mars, selain dapat menentukan asal-usulnya, nantinya para ilmuwan juga dapat belajar lebih banyak tentang lingkungan orbit di sekitar Mars dan bahkan mengetahui informasi tambahan yang menarik tentang evolusi Tata Surya.
Menurut siaran pers dari JAXA, MMX dijadwalkan untuk diluncurkan pada bulan September 2024. Bulan dan tahun tersebut dipilih karena bertepatan dengan Bumi dan Mars yang berada pada titik terdekat satu sama lain.
MMX diperkirakan akan tiba di sistem Mars pada tahun 2025, dan direncanakan untuk melakukan studi selama periode tiga tahun, dan kemudian kembali ke Bumi pada bulan Juli 2029. Sesampainya di sana, MMX akan bergantung pada seperangkat instrumen ilmiah untuk melakukan survei dan mendapatkan sampel.
Instrumen-instrumen ilmiah tersebut mencakup Neutron and Gamma-ray Spectometer (NGRS), Near-Infrared Spectometer (NIRS), Wide Angle Multiband Camera (WAM), Telescopic Camera (TL), Circum-Martian Dust Monitor (CMI), Mass Spectrum Analyzer (MSA), dan Light Detection and Ranging (LIDAR).
Semoga misinya berjalan lancar, Jepang!
Sumber: Universe Today, Futurism.