Ilustrasi. Kredit: Universitas Warwick |
Planet gas ekstrasurya tersebut diperkirakan memiliki massa sekitar 50 kali massa Jupiter dan kemungkinan dikelilingi oleh cakram puing yang membentang sebagai cincin setidaknya selebar 45 juta kilometer. Para astronom telah mengamati dua gerhana dari Bumi terhadap bintang PDS 110 ini, di mana sekitar 30 persen cahaya bintang tersebut tertutup.
Setiap gerhana terhitung berlangsung sekitar 25 hari lamanya. Hal itu sempat membuat para astronom yang menelitinya bingung terhadap apa yang sebenarnya terjadi. Sampai akhirnya, sebuah hipotesa muncul bahwa bintang tersebut terhalangi oleh sebuah planet bercincin megah yang mengelilinginya.
PDS 110 adalah bintang bermassa menengah, sedikit lebih besar dari Matahari kita tapi jauh lebih muda, usianya diperkirakan baru 10 juta tahun. Tim astronom yang meneliti bintang ini menggunakan data dari Wide Angle Search for Planet (WASP) dan Kilodegree Extremely Little Telescope (KELT) untuk memahami dengan tepat apa yang sebenarnya sedang terjadi pada bintang ini.
Dari data-data tersebut, tim astronom yang dipimpin oleh Hugh Osborn, astronom dari Universitas Warwick, memperkirakan bahwa gerhana tersebut terjadi setiap 2,5 tahun, dengan yang pertama terdeteksi terjadi pada bulan November 2008 dan yang kedua pada bulan Januari 2011.
Gerhana pertama dan gerhana kedua terlihat sangat mirip, oleh karena itu hipotesa di atas yang menyebutkan bahwa gerhana bintang misterius ini disebabkan oleh objek planet bercincin mungkin saja benar. Planet tersebut diperkirakan sedang transit di depan wajah bintang PDS 110 dalam pandangan dari Bumi.
"Yang menarik adalah, selama gerhana terjadi kami melihat cahaya dari bintang berubah dengan cepat, dan itu menunjukkan bahwa planet yang menutupinya memiliki sistem cincin, namun cincin ini berkali-kali lebih besar daripada cincin yang dimiliki oleh Saturnus," kata astronom Leiden Matthew Kenworthy, anggota tim peneliti.
Gerhana berikutnya diperkirakan terjadi pada bulan September tahun 2017 ini. Untungnya, bintang PDS 110 cukup terang untuk dilihat bahkan dengan instrumen yang kecil, sehingga para astronom amatir bisa juga mencoba melihat ke arah bintang itu untuk melihat apakah Osborn dan rekan-rekannya benar tentang hipotesis mereka.
"Momen gerhana pada September nanti akan memberi kita kesempatan mempelajari struktur rumit di sistem PDS 110 secara rinci untuk pertama kalinya, dan semoga membuktikan bahwa apa yang kami lihat memang merupakan sebuah planet ekstrasurya dengan cincin raksasanya," tambah Hugh Oborn.
Jika hipotesa planet gas bercincin raksasa ini dikonfirmasi, itu juga bisa membantu menjelaskan bintang Tabby, bintang yang baru-baru ini juga diketahui sering mengalami peredupan karena ada suatu objek misterius yang menghalanginya.
Sumber: Phys.org.