Kutub utara Merkurius. Kredit: NASA/JHUAPL/Cernegie |
Merkurius merupakan planet terdekat dengan Matahari, suhu permukaannya pada siang hari bisa sepanas 430º Celsius. Lalu, bagaimana es bisa bertahan di suhu sepanas itu? Ternyata, es-es di Merkurius berada di area kutub planet yang jarang atau bahkan tidak pernah tersinari Matahari.
Temuan adanya es di Merkurius sebenarnya sudah dilakukan sejak tahun 1991. Kala itu, sekelompok astronom menembakkan sinyal radar dari Bumi ke Merkurius dan menerima hasil yang menunjukkan kemungkinan adanya es di kedua kutub planet itu.
Dugaan awal pada tahun 1991 sempat diperkuat dengan pengukuran tahun 1999 menggunakan sinyal radar Arecibo Observatorymicrowave di Puerto Riko, yang juga menunjukkan daerah putih yang diduga sebagai air es.
Dari temuan awal itu, Lembaga Antariksa AS (NASA) pun meluncurkan MESSENGER ke Merkurius. Menggunakan instrumen spektrometer neutron, wahana antariksa nirawak menangkap keberadaan hidrogen, yang merupakan komponen utama molekul air, di kutub Merkurius.
Tetapi profil temperatur justru menunjukkan bahan berwarna gelap dan mudah menguap yang bercampur dengan es. Diduga, air es Merkurius dilapisi "selimut" tahan panas setebal 10 sentimeter sehingga mampu bertahan di suhu Merkurius yang ekstrem.
Kini, penelitian terbaru yang dipublikasikan di Geophysical Research Letters berdasarkan pada pengamatan dari MESSENGER. Adalah Ariel Deutsch, pemimpin studi ini, yang menganalisis data MESSENGER dan menggunakan data altimeter wahana antariksa tersebut untuk melacak seberapa reflektif permukaan Merkurius. Hal ini memungkinkan Deutsch dan rekan-rekannya untuk menemukan tiga endapan es besar yang memiliki luas gabungan sekitar 3.400 kilometer persegi.
Tiga endapan baru tersebut semakin mempertegas bahwa Merkurius memang menyimpan air dalam bentuk es. Namun, bagaimana es di kutub Merkurius ini bisa terbentuk masih merupakan pertanyaan. Hipotesis utama adalah, air es tersebut berasal dari komet kaya air atau asteroid yang menumbuk Merkurius. Gagasan lain adalah, hidrogen di Merkurius mungkin berasal dari angin matahari, kemudian digabungkan dengan sumber oksigen di Merkurius untuk membentuk air.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Agensi Antariksa Eropa (ESA) dan Agensi Antariksa Jepang (JAXA) saat ini sedang menggarap misi wahana antariksa BepiColombo, yang nantinya akan diluncurkan ke Merkurus pada dekade berikutnya.
Sumber: Phys.org, Geophysical Reseach Letters, Brown University.