Dalam pengamatan astronomi, setidaknya ada tiga kategori observatorium saat ini: observatorium berbasis darat, berbasis luar angkasa, dan berbasis udara. Tapi yang jelas, sebuah observatorium harus dibangun di tempat yang tepat.
Tempat yang tepat ini merupakan sebuah tempat dengan cuaca yang baik, suhu yang sedang (tidak kering dan juga tidak basah), lebih banyak hari cerah dan malam-malam tanpa awan, sesedikit mungkin kabut, hujan, dan salju, serta harus jauh dari lampu-lampu kota yang dapat membuat langit terlalu terang untuk pengamatan yang baik.
Observatorium Berbasis Darat
Observatorium berbasis darat sudah pasti merupakan observatorium yang berada di permukaan Bumi. Observatorium ini digunakan untuk melakukan pengamatan melalui gelombang radio maupun cahaya tampak dari spektrum elektromagnetik sebuah benda langit.Kebanyakan observatorium berbasis darat ditempatkan di dalam sebuah dom atau kubah untuk melindungi instrumen dan elemen pengamatan. Kubah observatorium berbasis darat memiliki celah di atap yang bisa dibuka saat pengamatan dan ditutup saat teleskop tidak digunakan.
Dalam banyak kasus, bagian teratas kubah observatorium berbasis darat dapat diputar untuk memungkinkan instrumen ilmiah termasuk teleskop optik di dalamnya mengamati langit malam yang berbeda secara sekaligus.
Observatorium berbasis darat memiliki dua jenis; observatorium optik dan observatorium radio. Observatorium optik memiliki kemampuan mengamati benda-benda angkasa dalam panjang gelombang cahaya tampak, sementara observatorium radio untuk mengamati alam semesta dalam panjang gelombang radio dalam spektrum elektromagnetik.
Observatorium berbasis darat biasanya dibangun di atas pegunungan daerah kering untuk menghindari awan. Sejak pertengahan abad ke-20, sejumlah observatorium berbasis darat telah dibangun di tempat yang sangat tinggi, di atas 4.000-5.000 meter di atas permukaan laut.
Yang terbesar dan paling terkenal di antaranya adalah Observatorium Mauna Kea, yang terletak di dekat puncak gunung berapi Hawaii yang memiliki tinggi 4.205 mdpl. Observatorium Atacama di Gurun Atacama Cile merupakan observatorium berbasis darat tertinggi saat ini, yang berada ketinggian 5.640 mdpl.
Observatorium Berbasis Luar Angkasa
Observatorium berbasis luar angkasa merupakan teleskop atau instrumen pengamatan sejenis yang ditempatkan di luar angkasa, atau tepatnya di orbit mengelilingi Bumi. Observatorium berbasis luar angkasa atau yang biasa disebut sebagai teleskop antariksa ini dapat digunakan untuk mengamati benda alam semesta pada panjang gelombang spektrum elektromagnetik yang tidak dapat menembus atmosfer Bumi.Dengan begitu, observatorium jenis ini jauh lebih baik daripada observatorium berbasis darat. Atmosfer Bumi dapat memburamkan radiasi ultraviolet, sinar-X, sinar gamma, dan radiasi inframerah, sehingga pengamatan benda angkasa pada bagian spektrum elektromagnetik ini paling baik dilakukan dari lokasi di atas atmosfer planet kita.
Keuntungan lain dari teleskop antariksa adalah, gambar yang dihasilkan bebas dari efek turbulensi atmosfer yang mengganggu pada pengamatan berbasis darat. Namun, resolusi sudut teleskop antariksa seperti Teleskop Antariksa Hubble seringkali jauh lebih kecil daripada teleskop berbasis darat dengan aperture serupa.
Namun, semua kelebihan ini memang sebanding dengan biaya. Observatorium berbasis luar angkasa jauh lebih mahal biaya untuk pembangunannya daripada observatorium berbasis darat. Terutama karena lokasinya harus berada di orbit Bumi, sehingga biaya peluncuran dan perawatannya akan sangat mahal.
Observatorium Berbasis Udara
Pernah melihat observatorium berbasis udara? Observatorium ini tidak berada di permukaan Bumi, tapi tidak juga berada di luar angkasa, melainkan berada di udara, di dalam pesawat terbang!Observatorium berbasis udara berada di atas awan, sehingga memungkinkan untuk pengamatan benda angkasa tanpa gangguan. Observatorium berbasis udara juga lebih murah ketimbang yang berbasis luar angkasa, hal ini karena instrumen ilmiahnya dapat digunakan, diperbaiki, dan diperbarui dengan lebih cepat dan efisien.
Dua observatorium berbasis udara yang saat ini beroperasi adalah Observatorium Kuiper Airborne dan Observatorium Stratosfer Inframerah, yang keduanya menggunakan pesawat terbang untuk mengamati benda angkasa dalam panjang gelombang inframerah yang diserap oleh uap air di atmosfer.
Observatorium di Indonesia
Indonesia memiliki beberapa observatorium, salah satunya adalah Observatorium Bosscha di Lembang, Bandung. Sayangnya, akibat laju pertumbuhan penduduk, suasana di sekitar Observatorium Bosscha dikabarkan tidak cocok lagi untuk pengamatan astronomi, alias sudah tercemar polusi cahaya.Adapun belakangan ini, wacana pembangunan observatorium baru sedang menggebu-gebu. Observatorium yang disebut sebagai Observatorium Nasional tersebut direncanakan untuk dibangun tahun ini di Kawasan Hutan Lindung Gunung Timau, Amfoang Tengah, Kupang, Nusa Tenggara Timur, dengan posisi ketinggian 1.300 mdpl.
Jika pendanaan lancar, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menargetkan pembangunan Observatorium Nasional di Kupang akan rampung pada tahun 2019. Observatorium tersebut akan memiliki fungsi prioritas untuk penelitian keantariksaan, termasuk mendorong pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di kawasan Indonesia Timur.
Nah, itulah sedikit informasi mengenai observatorium. Semoga menambah wawasan!