Letupan suar surya pada 8 September 2017 dipotret satelit Solar Dynamics Observatory. Kredit: NASA |
Peristiwa ini dikenal sebagai lontaran massa korona (coronal mass ejection/CME), sebuah semburan suar surya yang memiliki energi yang setara dengan satu miliar bom hidrogen serta dapat membawa plasma dari permukaan Matahari ke segala penjuru angkasa dengan kecepatan hingga 2000 km per detik.
Walaupun tidak membahayakan kehidupan di Bumi, CME dapat menyebabkan gangguan pada sinyal satelit, GPS, peralatan elektronik di Bumi, serta memicu pembentukan aurora yang spektakuler melalui interaksi partikel bermuatan dari Matahari tersebut dengan atmosfer Bumi.
Saking besarnya suar surya yang meletup pada 6 September 2017 lalu, suar ini masuk dalam kelas X, letupan terbesar terjadi pada pukul 20.00 WIB dan diketakui memiliki tingkat energi X9,3 (di mana X9 artinya sembilan kali lebih kuat daripada X1).
Padahal, saat ini kita sedang memasuki siklus solar minimum, yakni keadaan di mana Matahari biasanya tenang dan jarang meletupkan sebuah suar beradiasi tinggi. Namun, hal itu justru berbanding terbalik. Beberapa hari terakhir ini, Matahari lebih aktif dari biasanya.
Seperti yang diketahui, Matahari adalah bintang. Bintang terdekat dari Bumi kita. Sebagai sebuah bintang, Matahari juga bisa aktif melontarkan radiasi ke segala arah. Suar surya sendiri tersusun oleh komponen utama berupa elektron berenergi tinggi dan proton.
Suar surya terbentuk ketika korona, lapisan terluar pada atmosfer Matahari, mencapai suhu yang sangat tinggi, lebih dari satu juta Celsius. Akibat suhu tinggi pada korona ini, terciptalah energi termal yang begitu tinggi.
Pada tahap ini, gravitasi Matahari tidak bisa menahan kecepatan partikel berpindah (kinetik partikel). Partikel-partikel dapat terlepas dari gravitasi. Kecepatan suar surya bahkan semakin tinggi ketika berada di atas lubang korona, bisa mencapai 800 kilometer per detik, dengan temperatur 800.000 derajat Celsius.
Ketika suar surya yang berisi radiasi ini sampai ke dalam sebuah planet, maka akan memengaruhi medan magnetik di planet itu. Terjadilah badai geomagnetik yang dapat menyebabkan gangguan arus listrik yang disebut dengan Geomagnetically Induced Current (GIC) serta gangguan pada pengamatan bidang geologi yang memanfaatkan medan magnet Bumi.
Bagi Anda yang ingin melihat gambar Matahari secara real-time yang dipotret oleh satelit Solar Dynamics Observatory, Anda bisa kunjungi pranala ini.
Sumber: EarthSky, LIPI.