Sputnik 1 saat sedang dipersiapkan untuk meluncur. Kredit: Sovfoto, Wikimedia Commons |
Sputnik 1 (Спутник-1, dalam bahasa Rusia berarti "Satelit 1") diluncurkan dari Kosmodrom Baikonur, di RSS Kazakhstan (kini dikenal sebagai Kazakhstan saja), pada 4 Oktober 1957. Berikut ini, kami akan paparkan beberapa fakta menarik untuk memperingati meluncurnya Sputnik 1 ke orbit Bumi.
Sputnik 1 Hanya Seukuran Bola Pantai
Sputnik 1 bobotnya 83 kilogram dan lebarnya 58 sentimeter. Ukuran ini mengacu pada ukuran tubuh satelit. Selain tubuh satelit, Sputnik 1 juga dua antena berlaras ganda, yang masing-masing berukuran sepanjang 3,9 meter.
Dengan ukuran tadi, satelit Sputnik 1 ini sebenarnya cukup kecil dibandingkan dengan wahana antariksa modern seperti Cassini yang baru saja "bunuh diri" dengan terjun bebas ke atmosfer Saturnus pada pertengahan September 2017 silam, yang kira-kira seukuran bus sekolah.
Namun, desain Sputnik 1 rupanya ideal sehingga mudah ditempatkan di orbit Bumi. Setidaknya cukup ideal bila dibandingkan dengan satelit buatan Amerika Serikat yang dicoba diluncurkan dua bulan setelah Sputnik 1. Satelit "serangan balik" buatan AS yang bernama Vanguard Test Vehicle 3 tersebut memiliki bobot 1,6 kilogram, namun gagal mengorbit Bumi.
Soviet Sempat Ingin Ukuran Satelit yang Lebih Besar
Desain awal Sputnik 1. Kredit: Getty |
Namun nahas, pengembangan satelit ini, yang diberi nama kode "Object D," berkembang lebih lambat dari yang diperkirakan, dan pejabat Soviet semakin khawatir bila Amerika Serikat bisa mengalahkan mereka untuk menjadi yang pertama di luar angkasa.
Jadi, mereka memutuskan untuk mendahului peluncuran Object D dengan "satelit yang paling sederhana", yang mana dikenal sebagai Sputnik 1 ini.
Sputnik 1 tidak membawa instrumen ilmiah sama sekali. Namun, para astronom Soviet kala itu mampu mempelajari beberapa hal tentang atmosfer Bumi dengan mempelajari sinyal radio beep-beep-beep yang dipancarkan oleh Sputnik 1.
Pelucuran Hampir Gagal
Sputnik 1 hampir mendapatkan nasib yang sama seperti satelit TV3 Amerika Serikat, yang hancur dalam kegagalan peluncuran pada 6 Desember 1957. Untungnya, ruang kontrol peluncuran Sputnik 1 berhasil mengatasi hal itu.
Sputnik 1 diangkut oleh roket R-7, yang terdiri dari empat peluncur pada first stage-nya, yang masing-masing dikenal sebagai Blok B, V, G dan D. First stage ini terikat pada second stage roket, yang dikenal sebagai Blok A. Saat masa peluncuran, mesin utama Blok G mencapai tingkat dorong yang melebihi perkiraan, ruang kontrol pun mulai panik.
Akibatnya, 6,5 detik setelah peluncuran, roket mulai bergerak, namun miring sekitar 1 derajat dari lintasan nominal 8 detik setelah lepas landas. Dalam upaya memperbaiki sudut kemiringan yang meningkat, mesin kemudi nomor 2 dan 4 pada core stage diputar sebanyak 8 derajat; mesin serupa pada penguat pengikat Blok V dan D diputar sebanyak 17-18 derajat, sedangkan kemudi ekor diputar 10 derajat.
Berkat kerja keras ruang kontrol, roket R-7 pun berhasil mencapai orbit, melepas Sputnik 1 untuk menjadi satelit pertama yang tiba di luar angkasa. Soviet memenangkan perlombaan antariksa pertamanya, membuat AS geram setengah mati.
Misi Sputnik Sangat Sebentar
Karena hanya "untuk menjadi yang pertama", Sputnik 1 tidak ditugasi banyak misi. Sputnik 1 bahkan hanya didukung oleh tiga baterai silver-zinc, yang dirancang untuk beroperasi selama dua minggu saja. Namun, ajaibnya daya baterai tersebut melebihi harapan, karena Sputnik 1 tercatat terus mengirimkan sinyal radio selama 22 hari pascapeluncurannya.
Setelah 22 hari itu, tak ada lagi sinyal dari Sputnik 1, keheningan menghiasi komputer-komputer ruang kontrol di Soviet selama beberapa bulan. Belakangan, orbitnya diketahui menurun, membuat Sputnik 1 masuk kembali ke atmosfer Bumi. Satelit tersebut akhirnya re-entry lalu terbakar di atmosfer pada 4 Januari 1958.
Sputnik 1 Menyebabkan Berdirinya NASA
NASA didirikan pasca-meluncurnya Sputnik 1. Kredit: Getty |
"Sebagai pencapaian teknis, Sputnik 1 menarik perhatian dunia dan publik Amerika dianggap lengah," sejarawan NASA menulis pada tahun 2007 dalam sebuah artikel yang menandai peringatan 50 tahun peluncuran Sputnik.
"Sputnik lebih mengesankan daripada satelit seberat 1,6 kg buatan Vanguard. Selain itu, publik Amerika sempat khawatir kemampuan Soviet untuk meluncurkan satelit juga membuat mereka mampu untuk meluncurkan rudal balistik yang dapat membawa senjata nuklir dari Eropa ke AS."
Ya, kekhawatiran semacam itu bahkan tidak hilang setelah AS meluncurkan satelit pertamanya (yang kali ini berhasil) bernama Explorer 1, pada 31 Januari 1958.
Pejabat dan peneliti Amerika lantas mengambil beberapa tindakan untuk meningkatkan kemampuan teknologi nasional, termasuk mendirikan Advanced Research Projects Agency (kemudian berganti nama menjadi Defense Advanced Research Projects Agency, atau DARPA) pada bulan Februari 1958 dan National Aeronautics and Space Administration atau NASA pada bulan Oktober di tahun yang sama.
Hingga pada bulan September 1958, Kongres AS memberlakukan Undang-Undang Pendidikan Pertahanan Nasional, yang bertujuan untuk membantu meningkatkan jumlah dan kualitas ilmuwan di Amerika Serikat, mendorong perkembangan sains dan teknologi mereka.
Nah, itulah beberapa fakta menarik yang dapat kita pelajari sambil memperingati 61 tahun peluncuran Sputnik 1. Kini, kita telah masuk era antariksa berkat Sputnik 1, berbagai negara (bahkan perusahaan antariksa swasta) saat ini berlomba-lomba untuk misi ke Bulan hingga ke Planet Merah. Jadi, siapa yang bakal menjadi "yang pertama" selanjutnya?
Sumber: Russian Space Web, NASA History.