Akses artikel Premium dengan menjadi member BelajarAstro KLUB, daftar di sini!

Saran pencarian

Asteroid Pertama dari Sistem Bintang Lain Berhasil Ditemukan

Selama berabad-abad, para astronom telah mencatat ribuan asteroid yang mendekati Matahari. Masing-masing dari mereka diyakini berasal dari suatu tempat di tata surya kita sendiri, entah Sabuk Kuiper ataupun Awan Oort. Namun, asteroid yang satu ini berbeda, yang tampaknya berasal dari bintang lain.
Ilustrasi jalur orbit asteroid A/2017 U1 dalam memasuki tata surya kita. Kredit: NASA/JPL/Horizon
Info Astronomy - Selama berabad-abad, para astronom telah mencatat ribuan asteroid yang mendekati Matahari. Masing-masing dari mereka diyakini berasal dari suatu tempat di tata surya kita sendiri, entah Sabuk Kuiper di luar Neptunus ataupun Awan Oort yang lebih jauh di pinggiran tata surya.

Namun baru-baru ini, menggunakan teleskop PanSTARRS 1 di Haleakala, Maui, Hawaii, sekelompok astronom menemukan asteroid baru yang memiliki orbit ekstrem. Asteroid ini berada pada lintasan hiperbolik yang tampaknya tidak terikat pada Matahari.

Temuan awal, yang diterbitkan sebelumnya oleh Pusat Planet Minor Astronomi Internasional (MPC), menunjukkan bahwa asteroid yang dikatalogkan sebagai A/2017 U1 tersebut tidak berasal dari Sabuk Kuiper ataupun Awan Oort, melainkan sebuah asteroid yang datang dari sistem bintang lain selain Matahari.

"Jika observasi lebih lanjut mengonfirmasi sifat orbit asteroid yang tidak biasa ini," kata Gareth Williams, direktur asosiasi MPC, "Maka benar bahwa asteroid ini mungkin merupakan asteroid pertama yang berasal dari bintang lain."

Kenampakan asteroid A/2017 U1 ini masih sangat redup, bahkan masih berada di kisaran magnitudo +20 ketika pertama kali ditemukan pada tanggal 18 Oktober 2017. Asteroid ini sempat berada pada jarak terdekatnya dari Matahari pada 9 September 2017, yakni pada jarak kurang lebih sekitar 37.600.000 kilometer.

Asteroid A/2017 U1 diamati oleh Tenagra Observatory di Rio Rico, Arizona. Kredit: Paulo Holvorcem & Michael Schwartz
Para astronom ini memperkirakan bahwa asteroid A/2017 U1 memiliki diameter sekitar 160 meter, cukup besar untuk bisa bertahan saat mencapai titik terdekat dengan Matahari, dan dengan tingkat reflektifitas 10%. "Ia melewati Matahari dengan sangat cepat," Gray mencatat, "Dan mungkin belum cukup panas untuk dapat terpecah."

Sekarang ini, asteroid A/2017 U1 sedang bergerak menuju keluar dari tata surya kita, dan mungkin takkan pernah kembali. Asteroid itu telah melintas pada jarak paling dekat dengan Bumi pada tanggal 14 Oktober 2017, yakni pada jarak sekitar 24.000.000 kilometer, dan para astronom di seluruh dunia telah melacaknya dengan harapan bisa mengamati gerakannya dan memetakan jalur orbitnya.

Yang membuat asteroid A/2017 U1 dianggap sebagai pengunjung dari bintang lain bukanlah inklinasi orbitnya yang sangat tinggi (122°) terhadap orbit Bumi, melainkan eksentrisitas hiperboliknya yang ekstrem (1,19).

Sebelum asteroid A/2017 U1, sempat ada komet Bowell (C/1980 E1), yang memiliki eksentrisitas hiperbolik mendekati 1,05. Namun, catatan astronom Roger Sinnott mengungkapkan, "Komet Bowell tampaknya tidak memiliki jalur orbit hiperbolik dalam perjalanan, melainkan hanya saat meninggalkan tata surya."

Ungkapan tersebut terbukti karena komet Bowell sempat melewati Jupiter pada jarak skeitar 35.000.000 kilometer, yang mana gravitasi Jupiter telah memberinya dorongan dalam kecepatan dan mengubah arah jalur orbitnya. Berbeda dengan A/2017 U1, ia telah memiliki jalur orbit hiperbolik dengan eksentrisitas ekstrem sejak awal masuk tata surya.

Menurut Gray, asteroid A/2017 U1 memasuki tata surya dari arah rasi bintang Lyra, pada asensio rekta 18h 50m, deklinasi +35°13', dekat bintang Vega. Walau begitu, sejauh ini belum jelas bintang mana yang merupakan asal asteroid A/2017 U1. Yang jelas, pengunjung dari bintang lain ini terhitung memasuki tata surya dengan kecepatan sekitar 26 kilometer per detik.


Sumber: Minor Planet Center, PanSTARRS.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com