Sebagian kecil dari alam semesta kita. Kredit: ESA/Hubble, NASA |
Pertama, mari kita bahas nova. Perlu diketahui dulu bahwa nova berbeda dengan supernova. Nova diketahui disebabkan oleh seorang bintang yang menyala terang kembali setelah mati selama bertahun-tahun.
Bintang sendiri dapat bersinar karena adanya reaksi fusi nuklir di inti mereka, yang mengubah hidrogen menjadi helium, melepaskan energi dalam prosesnya. Ketika hidrogen habis, bintang-bintang seperti Matahari akan melontarkan lapisan atmosfer terluarnya, sehingga hanya menyisakan inti bintang yang sangat kecil dan sangat panas yang dikenal sebagai kerdil putih.
Kerdil putih ini adalah inti atom bintang mati yang telah menghabiskan semua bahan bakar yang ada sebelumnya. Diketahui, kerdil putih cenderung berada dalam sebuah sistem bintang biner, ia memiliki pendamping yang mana keduanya saling mengorbit satu sama lain.
Jika salah satu bintang dalam biner adalah kerdil putih, dan bintang yang lainnya mulai mengembang menjadi raksasa merah (sebuah fase evolusi menjelang akhir kehidupan bintang, sebelum fase kerdil putih), sang kerdil putih bisa mulai menarik material dari bintang raksasa merah tersebut dengan gravitasinya.
Sebagian besar material dari bintang raksasa merah yang disedot kerdil putih ini akan menjadi hidrogen, dan ketika hidrogen mencapai permukaan kerdil putih yang sangat panas, ia dengan cepat menyala, menciptakan ledakan nuklir besar di permukaan kerdil putih. Inilah yang kita lihat di langit kita sebagai nova.
Ilustrasi proses terjadinya nova. Kredit: ESO |
Rata-rata, supernova akan terjadi sekitar sekali setiap 50 tahun di galaksi seukuran Bimasakti. Dengan kata lain, sebuah bintang dapat meledak setiap beberapa detik atau lebih di suatu tempat di alam semesta, dan beberapa di antaranya tidak terlalu jauh dari Bumi.
Bagaimana persisnya sebuah bintang mengalami fase kematian tergantung pada massanya. Matahari kita, misalnya, ia tidak memiliki cukup massa untuk meledak sebagai supernova. Tapi dengan jumlah massa yang tepat, minimal 15 kali massa Matahari, sebuah bintang bisa berakhir dalam ledakan kosmik luar biasa.
Bintang bisa meledak dalam supernova dengan sadua cara berbeda. Pertama, supernova tipe I, yakni terjadi ketika sebuah bintang mencuri materi dari bintang tetangga terdekat sampai reaksi nuklir menyala. Dan ada pula supernova tipe II, yakni ketika sebuah bintang kehabisan bahan bakar nuklir lalu runtuh di bawah gravitasinya sendiri.
Selain supernova, ada pula hipernova. Sebenarnya, hipernova merupakan supernova, namun ia merupakan jenis ledakan bintang dengan luminositas 100 atau lebih tinggi lagi dari supernova pada umumnya. Kadangkala, hipernova juga disebut sebagai supernova berluminositas super.
Tapi, mengapa hipernova bisa begitu besar dibandingkan supernova? Sayangnya, para astronom tidak yakin untuk hal ini.
Sisa-sisa hipernova di galaksi M101. Kredit: Y-H. Chu, R. Fresen, D. Matonick, Q.D. Wang |
Yang terakhir, pernahkah Anda mendengar istilah "kilonova"? Bagi Anda yang mengikuti perkembangan dunia sains belakangan ini, Anda pasti sudah membaca pengumuman tentang adanya penggabungan dua bintang neutron yang berjarak sekitar 150 juta cahaya dari Bumi, yang terdeteksi oleh observatorium gelombang gravitasi LIGO dan Virgo pada bulan Agustus 2017 kemarin.
Ini adalah pertama kalinya penggabungan besar semacam itu pernah terjadi bersamaan dengan gelombang gravitasi yang menyertainya. Peristiwa penggabungan dua bintang neutron ini juga menghasilka sebuah kata baru: kilonova.
Diketahui, kilonova adalah jenis ledakan bintang yang terjadi saat dua atau lebih bintang neutron bertabrakan dan melepaskan sejumlah besar energi. Energi dari kilonova diperkirakan 1.000 kali atau lebih besar daripada energi sebuah nova.
Kilonova juga diidentifikasi sebagai ledakan yang mengeluarkan unsur-unsur berat seperti emas dan platinum dalam jumlah yang begitu besar ke seluruh penjuru alam semesta. Peristiwa kosmik ini juga memberikan bukti terkuat bahwa ledakan sinar gamma dengan durasi pendek ternyata disebabkan oleh tabrakan bintang neutron.
Nah, jadi itulah penjelasan singkat tentang apa itu nova, supernova, hipernova, dan kilonova. Semoga dapat menambah wawasan!
Sumber: SkyatnightMagazine.com, Space.com, Swinburne University.