Akses artikel Premium dengan menjadi member BelajarAstro KLUB, daftar di sini!

Saran pencarian

Planet Kerdil Ternyata Juga Punya Cincin

Tidak hanya planet-planet raksasa seperti Saturnus yang bisa memiliki sistem cincin, ternyata sebuah planet kerdil juga punya. Baru-baru ini, sekelompok astronom menemukan cincin di planet kerdil yang merupakan anggota tata surya kita.
Ilustrasi Haumea dan cincinnya. Kredit: IAA-CSIC/UHU
Info Astronomy - Tidak hanya planet-planet raksasa seperti Saturnus yang bisa memiliki sistem cincin, ternyata sebuah planet kerdil juga punya. Baru-baru ini, sekelompok astronom menemukan cincin di planet kerdil yang merupakan anggota tata surya kita.

Ia adalah Haumea, sebuah planet kerdil yang berada 50 kali lebih jauh dari Matahari daripada Bumi, terletak di luar orbit Neptunus. Dalam posisi ini, Haumea dikenal sebagai objek trans-Neptunian (TNO), satu dari empat planet kerdil di wilayah ini yang kita ketahui keberadaannya. Ini adalah planet kerdil pertama atau TNO pertama yang ditemukan dengan sebuah cincin.

Penemuan yang diterbitkan di jurnal Nature tersebut dipimpin oleh Jose Ortiz dari Institut Astrofisika Andalusia di Granada, Spanyol. Mereka menunjukkan bahwa cincin merupakan sistem yang umum yang ada di tata surya daripada yang kita duga.

Sebelum ini, para astronom juga telah menemukan cincin pada Centaurs, sebuah benda angkasa yang mengorbit antara Jupiter dan Neptunus. Dan sekarang, kita telah menemukan cincin lainnya pada sebuah planet kerdil atau TNO.

"Sekarang tampak bahwa cincin mungkin merupakan sistem atau fitur yang umum di tata surya bagian luar," kata Ortiz dilansir IFLScience. "Kami pikir cincin ini mungkin terbuat dari batuan dan es, dengan beberapa bahan organik juga."

Cincin pada Haumea diketahui memiliki diameter lebih dari 4.500 kilometer, namun tebalnya hanya 70 kilometer. Dari perhitungan awal yang dilakukan Ortiz dan rekan-rekannya, cincin tersebut terletak sekitar 1.000 kilometer dari permukaan planet kerdil Haumea.

Ortiz dan rekan-rekannya juga menemukan bahwa cincin tersebut berada pada resonansi 3:1 dengan Haumea, yang berarti bahwa saat Haumea berputar tiga kali (satu revolusi membutuhkan empat jam Bumi) sementara partikel-partikel di cincinnya baru berputar satu kali.

Dari pengamatan mereka, tim astronom ini juga mendapatkan informasi yang lebih baik tentang ukuran Haumea itu sendiri, yakni diperkirakan sekitar 2.322 kilometer.

Cincin ini sendiri belum jelas bagaimana bisa mengorbit planet kerdil. Sebuah teori awal menjelaskan bahwa Haumea dan dua bulannya mungkin terbentuk dari perpecahan benda langit yang lebih besar. Dengan mempelajari lebih banyak tentang asal-usul mereka, mungkin nantinya akan mengungkapkan lebih banyak tentang bagaimana cincin ini terbentuk.

Kita tidak akan bisa segera melihat cincin itu dalam waktu dekat, karena jaraknya terlalu dekat dengan Haumea yang jauh lebih terang (bahkan Hubble tidak dapat melihatnya). Namun, Ortiz mencatat bahwa mereka sudah melihat-lihat data lama untuk mencoba dan menemukan lebih banyak informasi, dan mereka merencanakan pengamatan baru untuk mencoba dan mempelajarinya lebih lanjut.

"Jika cincin itu hasil tabrakan, kita bisa mendapatkan informasi penting mengenai tingkat tumbukan dan karakteristik tata surya lainnya," katanya.


Sumber: Nature
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com

Posting Komentar

Kami sangat senang menerima komentar dari Anda. Sistem kami memoderasi komentar yang Anda kirim, jadi mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk komentar Anda muncul di sini. Komentar dengan link/url akan otomatis dihapus untuk keamanan. Berkomentarlah dengan sopan dan santun.