Bulan. Kredit: Wikimedia Commons |
Pertama, perlu diketahui, Bulan berbeda dengan bintang yang bisa memancarkan cahaya sendiri. Bulan hanyalah sebuah batu berbentuk bulat yang tidak memancarkan cahaya sendiri.
Area halus dengan bercak gelap di permukaan Bulan sendiri disebut sebagai "mare" (dalam bahasa Latin, artinya "laut"). Mare merupakan sebuah area vulkanik yang terbuat dari jenis batuan yang dikenal sebagai basal, serupa dengan komposisi batuan yang ditemukan di Hawaii.
Nomenklatur tradisional untuk Bulan juga mencakup satu oceanus (samudera), serta fitur dengan nama lacus (danau), palus (rawa), dan sinus (teluk). Tiga yang terakhir lebih kecil dari mare, namun memiliki sifat dan karakteristik yang sama.
Setidaknya, mare mencakup 17% dari luas permukaan Bulan. Mare mengandung fitur fisik seperti lubang dan saluran, namun tidak memiliki gunung berapi yang besar.
Mare sendiri terbentuk akibat pembekuan dari banjir magma karena proses erupsi vulkanik purba beberapa miliar tahun yang lalu di Bulan. Magma yang membeku tersebut berubah menjadi bercak gelap di Bulan. Mereka dijuluki sebagai mare (laut) oleh astronom-astronom zaman dulu yang mengira bahwa mereka adalah lautan dalam artian sebenarnya.
Mare di permukaan Bulan. Kredit: Wikimedia Commons |
Usia mare sendiri telah ditentukan dengan baik melalui penanggalan radiometrik langsung dan dengan teknik penghitungan usia kawah. Data usia radiometrik menunjukkan, mare berusia sekitar antara 3,16 sampai 4,2 miliar tahun, sedangkan usia termuda yang ditentukan dari penghitungan kawah adalah sekitar 1,2 miliar tahun.
Walakin, sebagian besar mare tampaknya terbentuk antara sekitar 3 sampai 3,5 miliar tahun yang lalu. Beberapa mare yang terdapat di sisi jauh Bulan bahkan lebih tua.
Anda bisa dengan jelas melihat fitur bercak gelap di Bulan ini setiap fase Bulan purnama, baik dengan teleskop maupun dengan mata telanjang saja. Jadi, sudah tahu dong apa yang harus kamu jawab bila mendapat pertanyaan dari teman atau anak yang berbunyi, "Mengapa Bulan punya banyak bercak gelap?"
Jangan berhenti di kamu, sebarkan agar lebih banyak yang tahu!
Sumber: Nature, Rochester.