Jika lubang hitam yang menggantikan Matahari kita memiliki massa yang sama besarnya dengan massa Matahari saat ini, maka jawabannya tidak akan ada hal yang terjadi pada Bumi dan seluruh tata surya kecuali satu hal: kehilangan cahaya.
Planet-planet, termasuk Bumi, akan terus melanjutkan geraknya mengelilingi lubang hitam ini dalam orbitnya. Tata surya akan baik-baik saja dalam hal gerakan orbit, tetapi mendingin seiring menghilangnya kehangatan Matahari.
Baca Juga: Lubang Hitam itu Beneran Ada?
Namun, hilangnya cahaya Matahari yang biasa diterima Bumi rupanya cukup fatal. Fenomena semacam itu bisa membuat planet kita kembali ke zaman es global yang dingin. Bumi akan langsung membeku hanya dalam hitungan hari.
Setelah beberapa bulan, atmosfer Bumi akan menurunkan hujan seperti cairan dan kemudian membeku. Bumi akan mengalami fase ekuilibrium termal, yang membuat suhu permukaannya anjlok ke antara -200 derajat Celsius sampai -270 derajat Celsius. Makhluk hidup, termasuk manusia, kemungkinan akan mati tanpa sinar Matahari setelah beberapa pekan.
Lalu, apakah Bumi akan terhisap lubang hitam yang menggantikan Matahari itu? Jawaban sederhananya; tidak. Lubang hitam sendiri memiliki horison peristiwa, atau jari-jari Schwarzschild, yakni perbatasan dalam ruang-waktu, suatu daerah di sekitar lubang hitam jika kita berada di luarnya maka akan aman-aman saja. Tapi jika Bumi berada di dalam atau terlalu dekat dengan horison peristiwa itu, maka akan tersedot masuk ke lubang hitam.
Baca Juga: Inilah Wujud Horison Peristiwa Lubang Hitam
Seperti yang telah diketahui, Bumi berada pada jarak hampir 150 juta kilometer jauhnya dari Matahari, sehingga sama sekali tidak membahayakan apa bila ada lubang hitam yang menggantikan Matahari sebagai pusat tata surya.
Mengapa demikian? Mari kita cari tahu deh seberapa besar diameter horison peristiwa lubang hitam pengganti Matahari ini. Radiusnya bisa dihitung dengan persamaan berikut:
Di mana G adalah konstanta gravitasi, M adalah massa sebuah objek, dan c adalah kecepatan cahaya.
Diketahui, konstanta gravitasi adalah G = 6,67408 × 10^-11m^3kg^-1s^-2. Sementara massa Matahari adalah, M = 1,989 × 10^30 kg, dan kecepatan cahaya adalah, c = 299,792,458 m/d. Dengan persamaan di atas, kita akan mendapatkan angka 1.718 kilometer.
Jadi, dengan kata lain, setiap objek yang berada di sekitar radius 1.718 kilometer dari lubang hitam pengganti Matahari tadi, maka ia akan tertarik oleh gravitasinya. Namun karena Bumi berada pada jarak 150 juta kilometer, maka Bumi akan aman.
Apakah Matahari Akan Jadi Lubang Hitam?
Untungnya, Matahari termasuk dalam jenis bintang kerdil. Matahari tidak akan pernah mampu meledak dan ber-evolusi menjadi lubang hitam karena massanya tidak cukup besar. Bahkan, lubang hitam bermassa Matahari secara teori tidak dapat terbentuk di alam semesta.
Bintang (termasuk Matahari) mengakhiri hidup mereka dalam dua cara yang berbeda; Bagi bintang bermassa menengah ke bawah seperti Matahari, mereka hanya akan mengakhiri hidupnya dengan cara yang "lembut", yakni melontarkan lapisan terluarnya, membentuk apa yang dikenal sebagai nebula planeter dan meninggalkan sisa bintang mati yang disebut "kerdil putih".
Sementara itu, bintang dengan massa mulai 4 kali massa Matahari akan mengakhiri hidupnya dengan cara meledak sebagai supernova, yang pada akhirnya akan meninggalkan salah satu dari "bintang neutron" ataupun "lubang hitam", tergantung seberapa besar massa bintangnya.
Walakin, kita tidak selamanya aman berada di Bumi. Dalam 4,5 miliar tahun (ya, masih lama, sih), Matahari akan ber-evolusi menjadi bintang "raksasa merah", sehingga atmosfernya akan mengembang menjadi sebesar orbit Bumi.
Pada saat itu, Bumi akan menjadi sangat panas karena berada terlalu dekat dari Matahari yang telah menjadi raksasa merah, sehingga tidak akan ada lagi samudera dan mungkin akan menjadi akhir kehidupan.
Namun, kehancuran Bumi mungkin tidak akan perlu menunggu hingga 4,5 miliar tahun, ada lebih banyak bahaya bagi Bumi yang nyatanya akibat kelalaian kita sendiri, seperti perubahan iklim, lingungan yang semakin tercemar, atau berlanjutnya perdebatan baik-buruk penggunaan kantong plastik padahal diri sendiri masih belum mampu mengolah sampah dengan benar.
Sumber:
- Braglia, M., Ballardini, M., Emond, W. T., Finelli, F., Gümrükçüoğlu, A. E., Koyama, K., & Paoletti, D. (2020). Larger value for H 0 by an evolving gravitational constant. Physical Review D, 102(2), 023529.
- Whitworth, N. J. (2021). Will the Sun Become a Black Hole?. UniverseGuide.com.