Gerhana Matahari cincin Mei 2012. Kredit: Kevin Baird |
Sebelumnya, mari kita kenali dulu apa itu gerhana Matahari cincin. Gerhana Matahari memiliki tiga jenis, yakni gerhana Matahari total, gerhana Matahari sebagian/parsial, dan gerhana Matahari cincin.
Gerhana Matahari total terjadi ketika Matahari-Bulan-Bumi berada dalam segaris lurus, sehingga cahaya Matahari yang seharusnya menyinari Bumi terblokir oleh Bulan, menyebabkan Matahari tampak terhalang secara penuh saat dilihat dari Bumi.
Walaupun Matahar-Bulan-Bumi selalu berada dalam segaris lurus setiap 29,5 hari (periode revolusi Bulan terhadap Bumi), namun gerhana Matahari total tidak selalu terjadi setiap bulan kalender. Hal ini disebabkan karena orbit Bulan dalam mengelilingi Bumi miring sekitar 5 derajat terhadap orbit Bumi.
Gerhana Matahari total terakhir yang terjadi adalah pada 21 Agustus 2017 kemarin, jalur gerhana total melintasi Amerika Serikat dari pantai barat hingga pantai timurnya. Sementara di Indonesia, gerhana Matahari total terakhir terjadi pada 9 Maret 2016. Anda mungkin masih ingat euforianya, kan?
Selanjutnya, gerhana Matahari sebagian/parsial. Gerhana jenis ini terjadi ketika Bulan hanya menutupi sebagian wajah Matahari yang menyinari Bumi. Hal ini dapat terjadi karena Bumi hanya melewati bayangan penumbra Bulan (bayangan terang), tidak sampai masuk ke umbra (bayangan gelap). Perhatikan grafik berikut:
Jenis-jenis gerhana berdasarkan posisi Bumi. Kredit: Physics Stack Exchange |
Lalu, apa itu gerhana Matahari cincin? Gerhana jenis ini terjadi ketika Bulan berada di jarak terjauhnya dari Bumi (atau disebut apogee) saat gerhana terjadi. Dengan begitu, Bumi tidak masuk bayangan umbra maupun penumbra, melainkan antumbra.
Hal itu menyebabkan diameter sudut Bulan di langit Bumi akan lebih kecil dibandingkan dengan diameter sudut Matahari. Sehingga saat puncak gerhana terjadi, Matahari tidak tertutup sepenuhnya, melainkan menyisakan cincin api.
Nah, cincin api inilah yang akan kita lihat pada 26 Desember 2019 mendatang. Namun, tidak seluruh wilayah Indonesia yang berkesempatan mengamatinya. Jalur gerhana Matahari cincin tersebut akan membentang dari padang pasir di Semenanjung Arab, melintasi Semenanjung India, melalui daerah tropis Indonesia, hingga ke area Samudra Pasifik.
Jalur gerhana Matahari cincin 26 Desember 2019 ditandai dengan warna merah muda. Kredit: Eclipsophile.com |
Sayangnya, diprediksi cuaca akan menghalangi pengamatan di wilayah-wilayah tadi. Dilansir situs Solar-eclipse.info, hanya wilayah Singkil, Aceh yang cakupan awan saat gerhana terjadi sekitar 82%, sementara wilayah berawan tertinggi adalah Tanjungpinang, Kepulauan Riau (97% berawan).
Data rata-rata awan di Desember untuk Indonesia. Semakin merah semakin berawan. Kredit: Solar-eclipse.info |
Jadi, bila Anda berencana untuk berburu gerhana Matahari cincin yang akan terjadi dalam dua tahun mendatang ini, Anda bisa datangi daerah-daerah yang telah disebutkan di atas. Psstt.. Pulau Jawa tidak kebagian gerhana cincin!
Di titik Great Eclipse, gerhana Matahari cincin 26 Desember 2019 akan dimulai pukul 10.22.38 WIB, yakni ketika Bumi memasuki bayangan penumbra Bulan, sehingga gerhana Matahari parsial dimulai. Proses gerhana Matahari cincin akan dimulai pukul 12.15.54 WIB, lalu memuncak pukul 12.17.43 WIB, dan berakhir pukul 12.19.33 WIB. Setelah itu, gerhana parsial masih bisa terus diamati pukul 14.13.52 WIB.
Siap untuk berburu gerhana lagi? Sebelum mengamati gerhana Matahari cincin yang masih dua tahun lagi ini, kita di Indonesia bisa melihat dua gerhana Bulan total sekaligus di tahun 2018 mendatang, klik di sini untuk info lengkapnya.
Selamat berburu gerhana!
Info Menarik: Seseorang yang menyukai peristiwa gerhana dijuluki sebagai Eclipsophile.
Sumber: Eclipse Wise, Astro.ukho.gov.uk, Eclipsophile.