Ilustrasi salah satu planet di sistem TRAPPIST-1. Kredit: ESO/R. Hurt (IPAC) |
TRAPPIST-1, yang juga dikenal sebagai 2MASS J23062928-0502285, merupakan sebuah bintang kerdil ultradingin yang berjarak sekitar 39 tahun cahaya dari Bumi di arah rasi bintang Akuarius.
Bintang ini pertama kali diidentifikasi pada tahun 2015. Kala itu, tim astronom yang dipimpin oleh Michaël Gillon di Universitas Liège, Belgia menggunakan data transit fotometri dari instrumen Transiting Planets and Planetesimals Small Telescope (TRAPPIST) di Observatorium La Silla, Cile.
Pengamatan pertama tersebut sukses menemukan tiga planet seukuran Bumi yang sedang mengorbit sang bintang kerdil. Sejak saat itu, pengamatan lainnya pun dilakukan. Tepat pada tanggal 22 Februari 2017, para astronom mengumumkan empat planet ekstrasurya tambahan yang mengitari bintang TRAPPIST-1 yang ditemukan dengan Very Large Telescope di Observatorium Paranal dan Teleskop Antariksa Spitzer di orbit Bumi.
Bila ditotal, ada tujuh planet yang kini diketahui mengorbit TRAPPIST-1. Penemuan ini bahkan menjadi salah satu penemuan planet ekstrasurya paling menarik dalam beberapa tahun terakhir. Ketujuh planet inilah yang menarik minat banyak ilmuwan untuk menelitinya.
Penelitian terbaru pun mengungkapkan kemungkinan dua dari tujuh planet asing ini dapat berpotensi laik huni. Ditambah lagi, kedua planet tersebut memiliki ukuran yang mirip dengan ukuran Bumi serta berada di wilayah Goldilocks, atau zona laik huni di sekitar bintang di mana planet-planet bisa memiliki air dalam bentuk cair di permukaannya.
Dalam sebuah makalah penelitian terbaru yang diterbitkan di jurnal Astronomy & Astrophysics, sekelompok astronom internasional telah memodelkan struktur interior potensial planet-planet di sistem TRAPPIST-1. Dari peneltian ini, diperkirakan interior sebagian besar planet di sistem TRAPPIS-1 setidaknya cair akibat efek gravitasi.
Perbandingan orbit TRAPPIST-1 dengan tata surya. Kredit: InfoAstronomy.org |
"Karena bintang TRAPPIST-1 sangat tua dan redup, permukaan planet memiliki suhu yang relatif dingin menurut standar planet, mulai dari 126° Celsius, yang lebih dingin dari Venus, sampai -106° Celsius, yang lebih dingin dari kutub Bumi," Barr menambahkan.
"Planet-planet pada sistem TRAPPIST-1 juga mengorbit sangat dekat dengan bintang induk mereka, dengan periode orbital yang beberapa hari. Jalur orbitnya juga eksentrik (tidak cukup melingkar), sehingga planet-planet ini bisa saja mengalami penguncian gravitasi (hanya satu wajahnya yang selalu menghadap ke bintang induknya)."
Dari model penelitian yang dilakukan oleh Dr. Barr dan rekan-rekannya, diketahui bahwa planet TRAPPIST-1e merupaan planet dalam sistem ini yang paling cocok untuk kehidupan berkembang biak. Sementara itu, planet TRAPPIST-1d cenderung memiliki kondisi yang sama, tetapi juga cenderung tertutup oleh lautan global.
Ada juga planet TRAPPIST-1b dan TRAPPIST-1c yang diperkirakan memiliki mantel cair, menunjukkan bahwa mereka mungkin terlihat seperti bulan yang hangat, seperti salah satu satelit alami terbesar milik Jupiter, Io.
Sisa planet lainnya, yakni planet TRAPPIST-1f, TRAPPIST-1g, dan TRAPPIST-1h, berada terlalu jauh dari bintang induknya, sehingga lebih dingin dan tidak cocok kondisinya untuk kehidupan seperti yang kita kenal.
Walau memang masih diperlukan lebih banyak data dan pemodelan yang lebih baik untuk mengungkap misteri mengenai planet-planet ini, penelitian terbaru ini bisa menjadi tolok ukur bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
Apakah memang ada kehidupan selain Bumi di sana? Belum ada yang tahu pasti.
Jurnal penelitian ini bisa dibaca di tautan ini.